Makalah: Rumput Benggala (Panicum maximum)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan
populasi ternak khususnya ternak ruminansia sangat perlu didukung oleh
ketersediaan hijauan pakan sepanjang tahun, baik kuantitas maupun kualitasnya,
mengingat hijauan pakan secara umum merupakan porsi terbesar untuk ransum
ternak ruminansia. Sebagaimana diketahui pada saat ini sebagian besar hijauan
pakan yang diberikan kepada ternak ruminansia adalah rumput lokal yang
berkualitas rendah, padahal keragaman hijauan pakan yang ada di Indonesia
sangat besar, baik di daerah beriklim basah maupun daerah beriklim
kering.Petani ternak telah banyak menanam rumput unggul seperti rumput gajah
(Pennisetum purpureum) dan rumput raja (Pennisetum purpupoides). Dari hasil
seleksi yang dilakukan di Balitnak, saat ini sebagai alternatif adalah jenis
Panicum maximum Jacq. Rumput P. maximum atau rumput benggala telah tersebar di
daerah tropis. Rumput ini tidak diragukan lagi yang terbaik di Asia Tenggara
sebagai rumput pastura atau diintegrasikan dengan karet dan lamtoro (L.’TMANNETJE
dan JONES, 1992). HORNE dan STUR (1995) merekomendasikan rumput ini untuk
rumput potong maupun rumput gembala.
MANIDOOL (1989) menganjurkan menanam rumput
benggala sebagai rumput pastura dibawah perkebunan kelapa di Thailand Selatan.
Hasil penelitian di Indonesia jika dibandingkan dengan luar negeri juga tidak
beda jauh seperti yang diperoleh MIDDLETON dan MC COSKAR (1975) produksi bahan
kering rumput benggala sedikit dibawah rumput gajah yaitu 26,85– 60,0 t
ha-1tahun-1, kandungan nitrogen 2,7 – 3,0% pada interval potong 3 minggu dan
1,0 – 1,3% untuk 12 minggu. Kemudian THOMAS (1976) melaporkan bahwa jenis ini
tidak berbatang sehingga hampir semua bagian tanaman dapat dimanfaatkan secara
maksimal, selain itu memiliki kandungan protein kasar 9,2–18,7% dan bahan
kering per ha 4037 kg dengan kecernaan 58,6– 66,3%. SIREGAR et al., (1980)
melaporkan bahwa dari rumput dengan sistem potong angkut diperoleh bahan kering
31,4 – 36,78 t ha-1th-1. SURATMINI et al., (1995) pada perkebunan kelapa dengan
intensitas cahaya 30% produksi P. maximum 7,3 t ha-1 th-1 pada intensitas
cahaya 18% dan 11,7 t ha-1th-1 pada intensitas cahaya 100%. Hasil yang
diperoleh BAHAR et al., (1994) menunjukkan rumput kultivar cv. Riversdale yang
ditanam didaerah kering Sulawesi Selatan menghasilkan 656,7– 743,3 g per 2,25
m2 atau 32,43–36,71 t ha-1.
B. Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
- Untuk mengetahui apa itu rumput Panicum Maxcimum.
- Untuk mengetahui karakteristiknya.
- Memenuhi tugas mata kuliah landasan agrostologi yang di berikan oleh dosen pembimbing.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Karakteristik dan Budidaya Rumput Benggala (Panicum maximum)
Karakteristik Rumput P. maximum
yang dikenal dengan nama Guinea grass, buffalo grass, green panic (Inggris),
Herbe de Guinee, panic eleve (Perancis), rumput benggala (Indonesia), suket
londo (Jawa), rebha luh-buluhan (Madura), rumput kuda, rumput benggala
(Malaysia), yakinni (Thailand) dan Co ke to (Vietnam). Rumput ini berasal dari
Afrika Tropik dan telah dibudidayakan disemua daerah tropis maupun subtropik,
karena nilainya sangat tinggi sebagai makanan ternak. Awal penyebaran rumput
dari Afrika Timur dibawa ke India Barat sebelum tahun 1756 dengan tujuan
sebagai produksi biji pakan burung. Kemudian ke Singapura tahun 1876 dan
Filipina 19beradaptasi baik di Asia Tenggara. Menurut HAYNE (1950) masuk ke
Indonesia pertama yaitu di Jawa yang dikoleksikan pada tahun 1865 dekat
Jatinegara dan Van Romburgh dalam buku Aanteekeningen Cultuurtuin dalam
Cultuurtuin (Kebun Tanaman) setelah 30 tahun dilaporkan dalam Laporan Kebun
Raya Bogor sebagai makanan ternak dengan nama Panicum spectabile NESS (namun
tidak tepat) karena sangat baik tumbuhnya sehingga dianjurkan pembudidayaannya.
Klasifikasinya adalah :
Divisi : Angiospermae
Klass : Monocotyledoneae
Ordo :
Graminales
Family : Graminaceae
Genus : Panicum
Spesies : Panicum maximum.
Jenis
rumput ini yang telah dikoleksi cukup lama namun pemanfaatannya masih kurang
populer dibanding dengan rumput gajah, yang telah dianjurkan oleh pemerintah
sehingga rumput benggala ditinggalkan. Kemudian pada tahun 1974 hingga sekarang
Balai Penelitian Ternak mengintroduksikan kembali dari Australia dengan
beberapa cultivar yang hingga saat ini telah dikoleksi dan tumbuh baik ada 8
kultivar. Namun pemanfaatan sebagai pakan ternak masih terbatas dan belum
banyak dibudidayakan. Karakteristik rumput benggala adalah tanaman tumbuh tegak
membentuk rumpun mirip padi. Termasuk rumput tahunan, kuat, berkembang biak
yang berupa rumpun/pols yang sangat besar, dengan akar serabut menembus dalam
tanah, batangnya tegak, berongga tak berbulu. Tinggi tanaman 1,00 – 1,50 m,
dengan seludang-seludangnya berbulu panjang pada pangkalnya, lidah
kadang-kadang berkembang biak. Daun bentuk pita yang sangat banyak jumlahnya
itu terbangun garis, lancip bersembir kasar, berwarna hijau, panjang 40–105 cm
dengan lebar 10–30 mm.
Gambar 1.2 Rumput P.Maxcimum
Bunga majemuk dengan sebuah malai yang
panjangnya 20–45 cm, tegak, bercabang-cabang, acapkali diselaputi lapisan
lilin putih. Bulir berbunga 2 yang panjangnya 3 x 4 mm, bentuk lonjong. Buah
yang dihasilkan dalam jumlah sedikit dan mudah rontok sehingga masalah serius
untuk produksi biji. Panjang biji 2,25–2,50 mm, tiap kg biji mengandung 1,2–
1,5 juta butir. Kultivar yang telah dikenal yaitu: (1) Tipe besar dengan tinggi
tanaman 3,6–4,2 m antara lain kultivar Hamil, (2) Tipe sedang tinggi tanaman
1,5–2,5 m seperti kultivar Common dan kultivar Gatton, (3) Tipe pendek dengan
tinggi tanaman sampai 1,0 m antara lain kultivar Sabi dan kultivar Trichoglume.
Jenisini merupakan rumput yang adaptasinya luas terutama di daerah dengan curah
hujan tahunan tidak kurang dari 760 mm.
Rumput
ini dapat tumbuh pada tanah berbatuan dengan lapisan tanah tipis, bahkan pada
tanah yang drainase buruk serta toleran pada keadaan kering yang tidak
terlampau parah dan tahan naungan. Pada intensitas cahaya 30-50% masih
berproduksi normal. Budidaya Dalam rangka pengembangan dan pemanfaatan rumput
benggala sebagai hijauan pakan ternak telah dilakukan introduksi beberapa
kultivar unggul. Untuk mengetahui sifat agronomi dan produktivitasnya, telah
dilakukan penelitian secara intensif di Bogor oleh SIREGAR et al., (1980).
Hasilnya menunjukkan bahwa rumput P. maximum cv Guinea
dengan interval pemotongan 3 sampai 8 minggu yang diberi pupuk Urea 900 kg ha-
1 th-1, TSP dan KCl masing-masing 450 kg ha- 1 th-1 menghasilkan hijauan segar
ddan kering sebagaimana tertera pada Tabel 1. Pada Tabel 1 terlihat bahwa
produksi bahan kering tertinggi terdapat pada pemotongan umur 8 minggu dan
terendah umur 3 minggu. Melihat keadaan demikian, bahwa dengan semakin panjang
interval pemotongan semakin meningkat produksi segar maupun bahan keringnya.
Peningkatan produksi pada umur potong empat minggu sampai 8 minggu ratarata
63,2%. Kenaikan produksi tertinggi pada pemotongan 8 minggu namun jika
dihubungkan dengan nutrisi (Tabel 5) maka pada interval potong 4 minggu adalah
protein kasar tertinggi dengan produksi yang tidak jauh berbeda dengan yang
lebih lama interval potong. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa pemotongan
yang tepat sebagai rumput potong pada umur 4 minggu dan setelah umur tersebut
tanaman kefase generatif dimana tidak ada lagi penambahan bobot daun karena
telah mencapai pertumbuhan maksimum (CHUGLEIH et al., 1977).
BAB III
KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan dari hari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Rumput benggala adalah
suatu rumput-rumputan yang hidupnya menahun. Tinggi
buluhnya 2,5m.
2. Ciri-cirinya rumput P.Maxcimum adalah bersifat
perennial, batang tegak, kuat, dan membentuk rumpun.
3. Warna bunga
hijau atau keunguan (Tumbuh pada daerah dataran rendah sampai pegunungan 0–1200m di atas permukaan laut.
4. Percabangan pada
rumput benggala kasar, tumbuh secara tegak dan melebar.
5. Produksi Panicum maximum yang dihasilkan
mencapai 100–150 ton/ha/th dalam bahan segar.
6. Akarnya membentuk serabut dalam, buku dan lidah daun
berbulu.
DAFTAR PUSTAKA
Bahar,
I. F. 2000. DASAR-DASAR AGROSTOLOGI.
Bogor: Gramedia Utama
Sutopo.1985.
Rumput dan Leguminosa. Sulawesi
Selatan:Jurnal Ilmiah Penelitian Ternak
Wiratmadja dkk. 2000. Konservasi Tanah dan Strip Rumput. Gowa:
Pubblisshing
0 comments:
Post a Comment