Pencernaan Dan Metabolisme Lemak Pada
Ternak Monogastrik
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu kelompok senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan, hewan,
dan manusia dan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia adalah lipid. Lipid
adalah senyawa organik yang terdapat dalam alam serta tak larut dalam air,
tetapi larut dalam pelarut organik nonpolar seperti hidrokarbon atau dietil
eter.
Lipid berperan penting dalam komponen struktur membran sel. Lemak dan
minyak dalam bentuk trigliserol sebagai sumber penyimpan energi, lapisan
pelindung, dan insulator organ-organ tubuh. Beberapa jenis lipid berfungsi
sebagai sinyal kimia, pigmen, juga sebagai vitamin, dan hormon .
Senyawa yang termasuk lipid tidak memiliki rumus struktur yang serupaatau
mirip, selain itu sifat kimia dan fisikanya pun berbeda-beda. Karena itu,
senyawa yang memiliki sifat fisika seperti lemak dimasukkan ke dalam kelompok
lipid. Lipid dibagi menjadi 8 golongan berdasarkan kemiripan struktur kimianya,
yaitu asam lemak, lemak, lilin, fosfolipid, sfingolipid, terpen, steroid, dan
lipid kompleks. Oleh kerena itu, penulis membuat makalah dengan judul
“METABOLISME LIPID”.
B. Rumusan Masalah
- Bagaimana proses transport lipid dalam plasma ?
- Apa definisi biosentisit lipid ?
- Bagaimana proses pencernan dan metabolosmie lemak pada monogastrik
- Bagaimana penerapan lemak sebagai sumber energi untuk proses hidup ?
- Apa saja fungsi lemak tak jenuh ?
- Bagaimana metabolisme lipoprotein plasma ?
C. Tujuan Penulisana
1. Untuk mengetahui
proses transport lipid dalam plasma
2. Untuk mengetahui
definisi biosentisit lipid
3. Untuk mengetahui
metabolisme jaringan lemak dan pengaturan mobilisasi lemak dan jaringan lemak
4. Untuk mengetahui
penerapan lemak sebagai sumber energi untuk proses hidup ternak
5. Untuk mengetahui
fungsi lemak tak jenuh
6. Untuk mengetahui metabolisme
lipoprotein plasma
BAB 11
PEMBAHASAN
A.
Sistem Pencernaan Pada Hewan Monogastrik
(Non
Ruminansia)
Hewan
monogastrik adalah hewan-hewan yang memiliki lambung sederhana atau lambung
tunggal seringkali disebut hewan non- ruminansia.
Monogastrik memiliki saluran
pencernaan meliputi mulut, oesophagus, stomach, small
intestinum, large intestinum, rektum dan anus.Hewan non ruminansia (unggas)
memiliki pencernaan monogastrik (perut tunggal) yang berkapasitas kecil.
Makanan ditampung di dalam crop kemudian empedal/gizzardterjadi
penggilingan sempurna hingga halus. Makanan yang tidak tercerna akan keluar
bersama ekskreta, oleh karena itu sisa pencernaan pada unggas berbentuk cair
(Girisenta, 1980).
Zat kimia dari hasil–hasil sekresi
kelenjar pencernaan memiliki peranan penting dalam sistem pencernaan manusia
dan hewan monogastrik lainnya. Pencernaan makanan berupa serat tidak terlalu
berarti dalam spesies ini. Unggas tidak memerlukan peranan mikroorganisme
secara maksimal, karena makanan berupa serat sedikit dikonsumsi. Saluran
pencernaan unggas sangat berbeda dengan pencernaan pada mamalia. Perbedaan itu
terletak didaerah mulut dan perut, unggas tidak memiliki gigi untuk mengunyah,
namun memiliki lidah yang kaku untuk menelan makanannya. Perut unggas memiliki
keistimewaan yaitu terjadi pencernaan mekanik dengan batu-batu kecil yang
dimakan oleh unggas di gizzard (Swenson, 1997).
Unggas mengambil makanannya dengan
paruh dan kemudian terus ditelan. Makanan tersebut disimpan dalam tembolok
untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan proventrikulus dan
kemudian digiling dalam empedal. Tidak ada enzim pencernaan yang dikeluarkan
oleh empedal unggas. Fungsi utama alat tersebut adalah untuk memperkecil ukuran
partikel-partikel makanan..
Bahan makanan bergerak melalui usus
halus yang dindingnya mengeluarkan getah usus. Getah usus tersebut mengandung
erepsin dan beberapa enzim yang memecah gula. Erepsin menyempurnakan pencernaan
protein, dan menghasilkan asam-asam amino, enzim yang memecah gula mengubah
disakharida ke dalam gula-gula sederhana (monosakharida) yang kemudian dapat
diasimilasi tubuh. Penyerapan dilaksanakan melalui villi usus halus.
§ Sistem
Pencernaan Pada Hewan Monogastrik (Non Ruminansia) Secara Fisiologis
Ø Contoh Hewan
Non Ruminansia
Pada Ayam
Pada Ayam
Sistem
pencernaan unggas berfungsi mencerna dan mengabsorpsi zat- zat makanan serta
mengeluarkan sisanya yang tidak melalui anus, tetapi melalui kloaka. Urutan
organ pencernaannya yaitu mulai dari rostrum, esophagus, tembolok, ventrikulus
proventrikulus, intestinum, dan cloaca.
Organ
pencernaan pada ayam relatif pendek dibanding dengan mamalia, pada ayam jantan
umur 10 minggu mempunyai panjang 245 cm, dengan rincian seperti pada tabel .
Tabel 1. Panjang saluran
pencernaan ayam jantan umur 10 minggu (Jull, 1971)
Organ
|
Panjang (cm)
|
Mulut +
tenggorok
|
5
|
Esopagus
|
31
|
Proventrikulus
|
6
|
Usus kecil
|
188
|
Usus besar
lubang pelepasan
|
15
|
Sistem Pencernaan Pada Hewan
Monogastrik
a. Mouth
(Mulut)
Ayam tidak
mempunyai bibir, lidah, pipi dan gigi sejati, bagian mulut atas dan
bawah tersusun atas lapisan tanduk, bagian atas dan bawah mulut dihubungkan ke
tengkorak dan berfungsi seperti engsel (North, 1978).
Lidah unggas
keras dan runcing seperti mata anak panah dengan arah ke depan. Bentuk seperti
kail pada belakang lidah berfungsi untuk mendorong makanan ke oeshopagus
sewaktu lidah digerakkan dari depan ke belakang (Akoso, 1993). Lidah berfungsi
untuk membantu menelan makanan. Kelenjar saliva mengeluarkan sejenis mukosa
yang berfungsi sebagai pelumas makanan untuk mempermudah masuk keoesophagus (Nesheim et
al., 1979).
Di dalam
mulut tidak diproduksi amilase (Nesheim et al., 1972). Air diambil
dengan cara menyendok saat minum dengan menggunakan paruh (beak), dan
masuk ke dalam kerongkongan setelah kepala menengadah dengan memanfaatkan gaya
gravitasi (North, 1978).
b. Oeshophagus
(Tenggorok)
Oesophagus merupakan
saluran memanjang berbentuk seperti tabung yang merupakan jalan makanan dari
mulut sampai permulaan tembolok dan perbatasanpharynx pada bagian
atas dan proventriculus bagian bawah (North, 1978).
Dinding
dilapisi selaput lendir yang membantu melicinkan makanan untuk masuk ke
tembolok. Setiap kali ayam menelan secara otomatis oesophagus menutup
dengan adanya otot. Fungsi oesophagus adalah menyalurkan
makanan ke tembolok (Sarwono, 1988).
c. Crop (Tembolok)
Crop mempunyai
bentuk seperti kantong atau pundi-pundi yang merupakan perbesaran dari oesophagus.
Pada bagian dindingnya terdapat banyak kelenjar mukosa yang menghasilkan getah
yang berfungsi untuk melembekkan makanan. Crop berfungsi
menyimpan dan menerima makanan untuk sementara sebelum masuk ke proventriculus(Nesheim et
al., 1979).
Terjadi sedikit atau sama sekali tidak terjadi
pencernaan di dalamnya kecuali jika ada sekresi kelenjar saliva dalam mulut
(North, 1978). Pakan unggas yang berupa serat kasar dan bijian tinggal di dalam
tembolok selama beberapa jam untuk proses pelunakan dan pengasaman (Akoso,
1993). Hal ini disebabkan pada tembolok terdapat kelenjar yang mengeluarkan
getah yang berfungsi untuk melunakkan makanan (Sudaryati, 1994).
d. Proventriculus (Lambung Kelenjar)
Proventriculus merupakan
perbesaran terakhir dari oesophagus dan juga merupakan perut
sejati dari ayam. Juga merupakan kelenjar, tempat terjadinya pencernaan secara
enzimatis, karena dindingnya disekresikan asam klorida, pepsin dan getah
lambung yang berguna mencerna protein (Nesheim et al., 1979). Sel
kelenjar secara otomatis akan mengeluarkan cairan kelenjar perut begitu makanan
melewatinya dengan cara berkerut secara mekanis (Akoso, 1993). Karena makanan
berjalan cepat dalam jangka waktu yang pendek di dalam proventriculus,
maka pencernaan pada material makanan secara enzimatis sedikit terjadi (North,
1978).
e. Gizzard
(Empedal/Rempela)
Gizzard berbentuk
oval dengan dua lubang masuk dan keluar pada bagian atas dan bawah. Bagian atas
lubang pemasukkan berasal dari proventriculus dan bagian
bawah lubang pengeluaran menuju ke duodenum (Nesheim et
al., 1979). Besar kecilnya empedal dipengaruhi oleh aktivitasnya, apabila
ayam dibiasakan diberi pakan yang sudah digiling maka empedal akan lisut (Akoso,
1993).
Gizzard disebut
pula otot perut yang terletak diantara proventriculus dan
batas atas dari intestine. Gizzard mempunyai
otot-otot yang kuat sehingga dapat menghasilkan tenaga yang besar dan
mempunyai mucosa yang tebal (North, 1978). Perototan empedal
dapat melakukan gerakan meremas kurang lebih empat kali dalam satu menit
(Akoso, 1993).
Fungsi gizzard adalah
untuk mencerna makanan secara mekanik dengan bantuan grit dan batu-batu kecil
yang berada dalam gizzard yang ditelan oleh ayam
(Nesheim et al., 1979). Partikel batuan ini berfungsi untuk
memperkecil partikel makanan dengan adanya kontraksi otot dalam gizzard sehingga
dapat masuk ke saluran intestine (North, 1978).
f. Small
Intestine (Usus Kecil)
Small
intestine memanjang dari ventriculus sampai large
intestinum dan terbagi atas tiga bagian yaitu duodenum, jejenum dan
ileum. Duodenum berbentuk huruf V dengan bagian pars descendens sebagai
bagian yang turun dan bagian pars ascendenssebagai bagian yang
naik. Menurut Akoso (1993) selaput mukosa pada dinding usus halus memiliki
jonjot yang lembut dan menonjol seperti jari yang berfungsi sebagai penggerak
aliran pakan dan memperluas permukaan penyerapan nutrien.
Pada bagian
duodenum disekresikan enzim pankreatik yang berupa enzim amilase, lipase dan
tripsin. Ada beberapa enzim yang dihasilkan oleh dinding sel dari small
intestine yang dapat mencerna protein dan karbohidrat (North, 1978).
Pencernaan pakan ayam di dalam usus kecil secara enzimatik dengan berfungsinya
enzim-enzim terhadap protein lemak dan karbohidrat. Protein oleh pepsin dan
khemotripsin akan diubah menjadi asam amino. Lemak oleh lipase akan diubah
menjadi asam lemak dan gliserol. Karbohidrat oleh amilase akan diubah menjadi
disakarida dan kemudian menjadi monosakarida.
g. Ceca
(Usus Buntu)
Ceca terletak
diantara small intestine (usus kecil) dan large
intestine (usus besar) dan pada kedua ujungnya buntu, maka disebut
juga usus buntu. Usus buntu mempunyai panjang sekitar 10 sampai 15 cm dan
berisi calon tinja (Akoso, 1993).
Fungsi
utama ceca secara jelas belum diketahui tetapi di dalamnya
terdapat sedikit pencernaan karbohidrat dan protein dan absorbsi air
(North, 1978). Di dalamnya juga terjadi digesti serat oleh aktivitas
mikroorganisma (Nesheim et al., 1979).
h. Large
Intestine (Usus Besar)
Large
intestine berupa saluran yang mempunyai diameter dua kali dari diametersmall
intentine dan berakhir pada kloaka (North, 1978). Usus besar paling
belakang terdiri dari rektum yang pendek dan bersambungan dengan kloaka (Akoso,
1993).
Pada large
intestine terjadi reabsorbsi air untuk meningkatkan kandungan air pada
sel tubuh dan mengatur keseimbangan air pada unggas (North, 1978).
i. Cloaca
Kloaka
merupakan bagian akhir dari saluran pencernaan. Kloaka merupakan lubang
pelepasan sisa-sisa digesti, urin dan merupakan muara saluran reproduksi
(North, 1978). Air kencing yang sebagian berupa endapan asam urat dikeluarkan
melalui kloaka bersama tinja dengan bentuk seperti pasta putih (Akoso, 1993).
Pada kloaka
terdapat tiga muara saluran pelepasan yaitu urodeum sebagai
muara saluran kencing dan kelamin, coprodeum sebagai muara
saluran makanan danproctodeum sebagai lubang keluar dan
bagian luar yang berhubungan dengan udara luar disebut vent (Nesheim et
al., 1979). Kloaka juga bertaut dengan bursa fabricius pada
sisi atas berdekatan pada sisi luarnya (Akoso, 1993). Kloaka pada bagian
terluar mempunyai lubang pelepasan yang disebut vent, yang pada
betina lebih lebar dibanding jantan, karena merupakan tempat keluarnya telur
(North, 1978).
j. Organ
tambahan
Organ
tambahan mempunyai hubungan dengan saluran pencernaan dengan adanya suatu
duktus yang berfungsi sebagai saluran untuk mengekskresikan material dari organ
tambahan ke saluran pencernaan yang berguna untuk kelancaran proses pencernaan
pakan. Ada tiga organ pencernaan tambahan yaitu hati, pankreas dan limpa
(North, 1978).
k. Hati
Hati terletak diantara gizzard dan
empedu, berwarna kemerahan dan terdiri dari dua lobus,
yaitu lobus dexter dan sinister.
Hati mengeluarkan cairan berwarna hijau kekuningan yang
berperan dalam mengemulsikan lemak (North, 1978). Cairan tersebut tersimpan di
dalam sebuah kantung yang disebut kantung empedu yang terletak di lobus sebelah
kanan. Makanan yang berada pada duodenum akan merangsang kantung empedu untuk
mengkerut dan menumpahkan cairan empedu (Akoso, 1993).
Hati juga
menyimpan energi siap pakai (glikogen) dan menguraikan hasil sisa protein
menjadi asam urat yang dikeluarkan melalui ginjal (Lehninger, 1994).
l. prankreas
Pankreas
terletak pada lipatan duodenum. Pankreas mensekresikan cairan pankreas ke
duodenum melalui ductus pancreaticus dan menghasilkan enzim
yang mendigesti karbohidrat, lemak dan protein (North, 1978).
m. Limpa
Limpa berbentuk agak bundar,
berwarna kecoklatan dan terletak pada titik antaraproventriculus, gizzard dan
hati (Jull, 1971). Fungsi dari limpa sampai sekarang belum diketahui, hanya
diduga sebagai tempat untuk memecah sel darah merah dan untuk menyimpan Fe
dalam darah.
Panjang alat pencernaan pada ayam sekitar 245 – 255
cm, tergantung pada umur dan jenis unggas. Prinsip pencernaan pada ayam ada
tiga macam :
- Pencernaan secara mekanik (fisik); Unggas tidak bergigi dan sebagai-gantinya maka makanan yang besar atau yang keras digiling di dalam perut pengunyah. Di situ makanan dipecah menjadi partikel-partikel kecil Pencernaan ini dilakukan terutama terjadi di empedal (gizzard) yang dibantu oleh bebatuan (grit). Pencernaan ini banyak terjadi pada ayam yang dipelihara secara umbaran sehingga mendapatkan grit lebih banyak daripada ayam yang dipelihara secara terkurung.
- Pencernaan secara kimiawi (enzimatik); Pencernaan secara kimia dilakukan oleh enzim pencernaan yang dihasilkan:
a) kelenjar
saliva di mulut;
b) enzim yang
dihasilkan oleh proventrikulus;
c) enzim dari
pankreas;
d) enzim empedu
dari hati;
e) dan enzim dari usus halus. Peranan enzim-enzim tersebut
sebagai pemecah ikatan protein, lemak, dan karbohidrat.
- Digesti yang terjadi pada paruh, tembolok, proventrikulus, ventrikulus (empedal/gizzard), usus halus, usus besar, dan ceca;
- Absorpsi yang terjadi pada usus halus (small intestinum) melalui vili-vili (jonjot usus); Penyerapan zat-zat makanan sebagian besar terjadi di dalam usus halus (duodenum) karena permukaan dinding usus ini diperluas oleh adanya lipatan-lipatan dan villi, zat-zat makanan yang tidak dapat dicerna, tidak banyak bermanfaat bagi unggas karena mikroorganisme (bakteri) yang seharusnya membantu pemecahan bahan-bahan makanan tidak mempunyai tempat khusus, dalam sistem pencernaan unggas. Hal ini sangat berbeda dengan ruminansia. Air sebagai zat makanan yang berada di dalam bahan makanan tersisa, diserap kembali oleh dinding usus besar dan dimanfaatkan kembali oleh tubuh unggas.
B. METABOLISME
LEMAK PADA MONOGASTRIK
Lipid adalah
senyawa organik yang terdapat pada jaringan tanaman dan hewan, mempunyai sifat
larut dalam pelarut organik seperti benzene, ether atau chloroform dan hanya
sebagian kecil larut dalam air. Lipid terbagi menjadi dua kelompok yaitu yang
membentuk sabun (saponifiable) dan yang tidak membentuk sabun (non
saponifiable). Lipid yang membentuk sabun dalam bentuk sederhana adalah
trigliserida, ketika dihidrolisis dengan alkali menghasilkan gliserol dan
sabun. Trigliserida akan berbentuk cairan pada suhu ruang (asam lemak tidak
jenuh) dan akan menjadi padat (margarin) ketika ikatan rangkapnya mengalami
hidrogenasi, misalnya asam oleat berubah menjadi streatat. Sedangkan yang lebih
kompleks adalah fosfolipid misalnya lesitin dan glikolipid yaitu komponen utama
tanaman. Senyawa lipid yang tidak membentuk sabun yang populer adalah steroid
(sterol) dan karotenoid yaitu pigemn tanaman dan merupakan vitamin yang larut
dalam lemak.
Asam-asam
lemak tidak jenuh (mempunyai ikatan rangkap) yang esensial adalah asam linoleat
(C 18:2), asam linoleat (C 18:3) dan arakidonat (C 20:4). Arakidonat dapat
disintesa dari asam linoleat. Oada alat pencernaan ruminansia, mikroba rumen
dapat mematabolisasi senyawa lipid yang lebih kompleks, sedangkan monogastrik
hanya dapat memanfaatkan trigliserida saja.
Pada
monogastrik, trigliserida dikonversi menjadi monogliserida lalu menjadi asam
lemak bebas dan gliserol, membentuk misel dan masuk ke pembuluh darah. Menjadi
kilomikron dalam bentuk trigliserida lalu ke limpa atau asam lemak rantai
pendek dan menengah langsung ke portal darah. Pada ruminansia, lesitin
dikonversi menjadi isolesitin, bercampur dengan partikel digesta dan
garam-garam empedu membentuk misel lalu kepembuluh darah, membentuk kilomikron
baik trigliserida, lesitin dan lipoprotein masuk ke limpa. Tidak ada asam lemak
rantai pendek atau menengah yang langsung ke portal darah. Pakan hijauan dan
biji-bijian umumnya benbentuk lemak tidak jenuh. Hidrolisis lipid yang
teresterifikasi oleh lipase asal mikroba akan membebaskan asam-asam lemak
bebas, sehingga galaktosa dan gliserol akan difermentasi manjadi VFA.
Asam lemak tak jenuh (linoleat dan linolenat)
akan dipisahkan dari kombinasi ester, dihidrogenasi oleh bakteria menghasilkan
asam monoenoat (pertama) dan asam streatat (terakhir). Sebagian besar asam
lemak esensial akan rusak oleh proses biohidrogenasi, namun lemak tidak mengalami
defisiensi. Sebagian kecil asam lemak esesnsial yang lolos dari proses di dalam
rumen tersebut sudah dapat memenuhi kebutuhan ternak.
Mikroba
rumen juga mampu mensintesa beberapa asam lemak rantai panjang dari propionat
dan asam lemak rantai cabang dari kerangka karbon asam-asam amino valin, leusin
dan isoleusin. Asam-asam lemak tersebut akan diinkorporasi ke dalam lemak susu
dan lemak tubuh manusia. Kebanyakan lipid ruminan masuk ke duodenum sebagai asam
lemak bebas dengan kandungan asam lemak jenuh yang tinggi. Monogliserida yang
dominan pada monogastrik, pada ruminan akan mengalami hidrolisis di dalam rumen
sehingga sangat sedikit terdapat pada ruminan.
Ternak
ruminansia yang masih muda mempunyai kemampuan untuk mengkonversi glukosa
menjadi asam-asam lemak, namun ketika rumen berfungsi kemampuan itu hilang san
asetat menjadi sumber karbon utama yang digunakan untuk mensintesis asam-asam
lemak. Asetat akan didifusi masuk ke dalam darah dari rumen dan dikonversi di
jaringan menjadi asetil-CoA, dengan energi yang berasal dari perubahan ATP
menjadi AMP. Jalur ini terjadi di tempat penyimpanan lemak tubuh yaitu jaringan
adiposa (di bawah kulit, jantung dan ginjal). Konversi asetil-CoA menjadi
asam-asam lemak rantai panjang sama terjadinya antara ruminan dan monogastrik.
Lemak akan
mengalami proses hidrolisis dan oksidasi, yang mana lebih lanjut akan mengalami
ketengikan. Degradasi hidrolisis dari lemak menjadi asam-asam lemak dan
gliserol merupakan hasil kerja dari enzim lipase namun jika terjadi ketengikan
hidrolisis tidak akan mengurangi nilai gizi namun kurang disukai manusia.
Sedangkan jika terjadi proses oksidasi akan menimbulkan ketengikan oksidatif
dimana nilai gizi akan berubah, kandungan asam-asam lemak akan rusak.
Ternak
non-ruminansia memiliki lambung hanya satu atau sering disebut dengan istilah
monogastrik. Namun dalam pencernaannya terdapat proses. Pakan yang telah
dimakan melalui beberapa saluran pencernaan, setelah pakan masuk mulut dan
melewati esophagus, pakan menuju tembolok. Disini tidak ada proses khusus,
hanya menyimpan pakan. Setelah di proventikulus, tidak ada pencernaan material.
Proventiculus memproduksi gastric juice. Pepsin, suatu enzim untuk membantu
pencernaan protein, dan hydrolic acid di sekresi oleh glanduler cell. Pada
reruntuhan gizzard tertinggal bila kosong, tetpai bila pakan masuk maka otot
gizzard akan berkontraksi.
Kontraksi
juga semakin cepat. biasanya gizzard mengandung material yang bersifat
menggiling seperti grit, karang dan batu kerikil. Partikel pakan segera
digiling menjadi partikel kecil yang mampu melalui saluran usus. Material halus
akan masuk gizzard dan keluar lagi dalam beberapa menit tetapi pakan berupa
material kasar akan tinggal di gizzard untuk beberapa jam. Ketika pakan sudah
mencapai usus halus, maka akan diadsorbsi. Berbagai enzim yang masuk dalam
saluran pencernaan ini berfungsi mempercepat dan mengefisiensikan pemecahan
karbohidrat, protein dan lemak untuk mempermudah proses adsorbsi.
Pencernaan
non ruminansia secara enzimatik dilaksanakan oleh enzim-enzim yang terdapat
dalam traktus intestinalis. Enzim-enzim pencernaan tesebut dapat melakukan
reaksi-reaksi pada suhu tubuh alam larutan yang angat cair dan pH netral,
reaksi-reaksi yang membutuhkan lebih banyak kondisi kuat bila dilakukan
dilaboratorium. Sejumlah enzim disekresikan diberbagai saluran usus, enzim
tersebut merombak zat-zat nutrisi yang terdapat dalam bahan makanan kedalam
satuan-satuan komponen. Sebagian besar enzim mula-mula disekresi dalam bentuk
prekursor yang tidak aktif (zimogen) yang kemudian menjadi aktif setelah
disekresi kedalam traktus gastro-intestinus.
Ada tiga golongan enzim yang disekresikan
pertama karbohidrase, karbohidrase bekerja pada pertautan glikosidik antara
unit monosakarida dan sifatnya spesifik. α-Amilase menghidrolisa pertautan pati
1,4 glikosidik dan glikogen, akan tetapi tidak dapat bertindak pada sellulosa.
Enzim protase menghidrolisa pertautan peptida, ada sejumlah enzim dalam
golongan ini, yaitu pepsin, rennin, tripsin, khimotripsin, karboksi, peptidae,
aminopeptidase, dipeptidase. Enzim-enzim tersebut menghidrolisa protein dan
peptida tertentu kedalam asam amino. Enzim lipase disekresi oleh getah
pankreas, menghidrolisa, lemak kedalam monogliserida dan asam lemak. Terdapat
pula sejumlah hidrolisis lengkap kedalam asam lemak dan gliserol yang angat
terbatas. α-Amilase menghidrolisa pati dan glikogen menjadi glukosa, maltosa,
dan dekstrin rantai pendek.
Bagian utama
semua pencernaan pada aneka ternak nonruminansia berlangsung didalam usus
halus. Pencernaan pati dimulai didalam mulut dan disempurnakan didalam usus
halus. Glukosa hasil akhir pencernaan pati, diserap dalam usus halus.
Disakarida, maltosa dan sukrosa dapat pula dicerna menjadi gula-gula sederhana
didalam usus halus. Lemak dicerna pula diusus halus. Pencernaan lemak memrlukan
adanya garam-garam empedu yang dihasilkan hati dan disimpan dalam kantong
empedu. Empedu tersebut dilepaskan bila kantong empedu dirangsang oleh adanya
bahan makanan didalam usus.
Lipase pankreas mencerna trigliserida kedalam asam
lemak dan monogliseridase. Pankreas tersebut saling mempengaruhi dengan
garam-garam empedu untuk membentuk partikel-partikel mikro, disebut misel, yang
melarutkan produk pencernaan lemak, sehingga zat-zat tersebut dapat diserap.
Lebih banyak enzim dibutuhkan untuk pencernaan protein daripada untuk
pencernaan zat nutrisi lainnya. Hal tersebut disebabkan karena setiap enzim
dikhususkan untuk menghidrolisa pertautan-pertautan tertentu didalam molekul
protein. Aksi gabungan semua enzim tersebut pertama-tama memecah
molekul-molekul protein kedalam bagian-bagian lebih kecil, disebut peptida dan
kemdian kedalam asam amino. Asam amino adalah hasil pencernaan yang diserap
tubuh.
Proses
Metabolisme Lipid (Lemak)
Proses
Metabolisme Lipid (Lemak), Lipid (lemak) terdapat dalam semua bagian tubuh
manusia terutama dalam otak. Lipid (lemak) mempunyai peran yang sangat penting
dalam proses metabolisme secara umum. Beberapa peranan biologi dari lipid
sebagai berikut;
1. Sebagai
komponen struktur membran,dan proses kekebalan jaringan.
2. Sebagai
lapisan pelindung pada beberapa jasad.
3. Sebagai
bentuk energi cadangan,dan proses pengangkutan melalui membran.
Lipid yang
terdapat sebagai bagian dari makanan hewan merupakan campuran lipid yang
sederhana (terpena dan steorida) dan yang kompleks (triasilgliserol,
fosfolipid, sfingolipid, dan lilin) berasal dari tanaman maupun jaringan hewan.
Dalam mulut dan lambung, lipid tadi belum mengalami pemecahan yang berarti.
Setelah berada dalam intestin, lipid kompleks terutama triasilgliserolnya
dihidrolisis oleh lipase menjadi asam lemak bebas dan sisa.
Enzim lipase
diaktifkan oleh hormon epineprin. Enzim ini dibantu oleh garam asam empedu
(terutama asam kholat dan taurokholat) yang disekresikan oleh hati. Fungsi
garam tersebut ialah mengemulsi makanan berlemak sehingga terbentuklah emulsi
partikel lipid yang sangat kecil. Oleh karena itu, permukaan lipid menjadi
lebih besar dan lebih mudah dihirolisis oleh lipase. Enzim ini tidak peka
terhadap larutan lemak sempurna. Reaksi hidrolisisnya berlangsung sebagai
berikut.
Berdasarkan
reaksi tersebut dapat diketahui bahwa lipase pankreas hanya bisa menghidrolisis
ikatan ester pada atom C nomor 1 dan 3 yang hasilnya asam lemak bebas dan
monoasil gliserol. Dengan bantuan misel-misel garam empedu maka asam lemak
bebas, monoasil gliserol, kolesterol, dan vitamin membentuk sebuah kompleks
yang kemudian menempel (diabsorpsi) pada permukaan sel mukosal. Senyawa-senyawa
tersebut selanjutnya menembus membran sel mukosal
dan masuk ke dalamnya. Miselmisel garam empedu melepaskan diri dan meninggalkan
permukaan sel mukosal.
Dalam sel
mukosal, asam lemak bebas monoasil gliserol disintesis kembali menjadi triasil
gliserol yang setelah bergabung dengan albumin, kolesterol, dan lain-lain
membentuk siklomikron. Siklomikron tersebut pada akhirnya masuk ke dalam darah,
kemudian sampai ke hati dan jaringan lain yang memerlukannya. Sebelum masuk ke
dalam sel, triasil gliserol dipecah dulu menjadi asam lemak bebas dan gliserol
oleh lipoprotein lipase. Katabolisme adalah proses penguraian dan pembebasan
dari zat-zat organik. Asam lemak adalah suatu senyawa yang
terdiri atas panjang hidrokarbon dan gugus karboksilat yang terikat pada
ujungnya. Asam lemak mempunyai dua peranan fisiologi yang penting, yaitu:
1. pembentuk fosfolipid dan glikolipid yang merupakan
molekul amfipotik sebagai komponen membran biologi;
2. sebagai molekul sumber energi.
Proses
metabolisme lemak sebagai
komponen bahan makanan yang masuk ke dalam tubuh hewan, dimulai dengan proses
pencernaannya di dalam usus oleh enzim. Asam lemak bersenyawa kembali dengan
gliserol membentuk lemak yang kemudian diangkut oleh pembuluh getah bening.
Selanjutnya, lemak disimpan di jaringan adiposa (jaringan lemak). Jika
dibutuhkan, lemak akan diangkut ke hati dalam bentuk lesitin yang dihidrolisis
oleh lipase menjadi asam lemak dan gliserol. Gliserol diaktifkan oleh ATP
menjadi gliserol fosfat dan akhirnya mengalami oksidasi, seperti glukosa.
Rantai karbon asam lemak diolah di dalam mitokondria sehingga dihasilkan asetil
koenzim yang selanjutnya dapat masuk ke dalam Siklus Krebs.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hewan
monogastrik adalah hewan-hewan yang memiliki lambung sederhana atau lambung
tunggal seringkali disebut hewan non- ruminansia.Monogastrik memiliki saluran pencernaan
meliputi mulut, oesophagus, stomach, small intestinum,
large intestinum, rektum dan anus.Hewan non ruminansia (unggas)
memiliki pencernaan monogastrik (perut tunggal) yang berkapasitas kecil.
Lipid adalah
senyawa organik yang terdapat pada jaringan tanaman dan hewan, mempunyai sifat
larut dalam pelarut organik seperti benzene, ether atau chloroform dan hanya
sebagian kecil larut dalam air. Lipid terbagi menjadi dua kelompok yaitu yang
membentuk sabun (saponifiable) dan yang tidak membentuk sabun (non
saponifiable). Lipid yang membentuk sabun dalam bentuk sederhana adalah
trigliserida, ketika dihidrolisis dengan alkali menghasilkan gliserol dan
sabun. Trigliserida akan berbentuk cairan pada suhu ruang (asam lemak tidak
jenuh) dan akan menjadi padat (margarin) ketika ikatan rangkapnya mengalami
hidrogenasi, misalnya asam oleat berubah menjadi streatat.
B. Saran
Sebaiknya dalam
mengkonsumsi makanan yang berlemak jangan terlalu banyak karena semua yang
dikonsumsi secara berlebihan tidak akan baik untuk tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Arora, S. P. 2005. Pencernaan Mikroba pada
Ruminansia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Darmadi Goenarso.2005.Fisiologi Hewan.UT
Martoharsono, S. 1988. Biokimia Jilid II. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Montgomery, R. 1993. Biokimia: Suatu Pendekatan Berorientasi Kasus. Jilid
2. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Praktikum Fisiologi Ternak . Jatinangor.
Poedjiadi, A. 2007. Dasar-dasar Biokimia. Penerbit Universitas Indonesia
Press. Jakarta
Philip,
W.K. and Gregory, B. R. 2006. Schaum’s Easy Outlines Biokimia. Penerbit
Erlangga. Jakarta.
Rusdiana, 2004. Metabolisme
Asam Lemak. Program Studi BiokimiaFakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara. Digitized by USU digital library
0 comments:
Post a Comment