MAKALAH
GENETIKA
KARAKTERISTIK
DAN MANFAAT PERSILANGAN AYAM UNGGUL
Di susun
Oleh:
Badaruddin (1405104010002)
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS SYIAH
KUALA
DARUSSALAM-BANDA ACEH
2014-2015
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ayam kampung adalah ayam yang dipelihara oleh masyarakat di perumahan
secara langsung. Pemeliharaan biasanya dilakukan dengan cara mengumbar ayam
kampung tersebut dan dibiarkan untuk mencari makan sendiri. Karena metode
pengumbaran ayam kampong ini mengakibatkan kualitas daging
ayam kampong yang lembut dan tidak begitu terlalu berminyak pada saat
diolah. Hal ini mengakibatkan ayam kampong mempunyai harga yang mahal di
pasaran.
Dalam pengembangannya, ditemukan berbagai hambatan untuk meningkatkan
produktivitas ayam kampung yang relatif rendah. Hal ini terkait dengan sistem
pemeliharaan yang masih tradisional, pakan yang diberikan masih seadanya, dan
belum terlaksananya sistem pengendalian penyakit dengan baik.. Hambatan ini
menjadi kendala dalam pengembangan ternak ayam kampung di pedesaan. Dalam
pembudidayaan ayam kampung, permasalahan yang sering ditemui adalah penyediaan
bibit ayam kampung unggul. Dalam pencarian calon bibit unggul, selain
didasarkan dari tampilan luarnya, juga seleksi ayam kampung yang berbasis
konsep pemuliaan ternak, sehingga diperoleh bibit unggul, yang pada gilirannya
dapat meningkatkan produktivitas ternak
Maka dari itu perlu dilakukan peningkatkan kualitas mutu genetiknya.
Peningkatan tersebut dapat dilakukan dengan cara persilangan ayam kampong
dengan ayam jenis lain yang mempunyai kualitas karakteristik yang unggul di
berbagai aspek genetik dan produksinya.
B. Tujuan
Tujuan dari makalah ini
adalah untuk:
1.
Mengetahui pengertian ayam
kampung dan jenis-jenisnya di Indonesia yang bersifat produktif untuk
dikembangkan
2.
Mengetahui persyaratan bibit
unggul
3.
Mengetahui contoh
persilangan antar ayam kampung dan hasilnya
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ayam Kampung
Ayam kampung adalah sebutan
di Indonesia bagi ayam peliharaan yang tidak ditangani
dengan cara budidaya massal komersial serta tidak berasal-usul
dari galur atau ras yang dihasilkan untuk kepentingan
komersial tersebut. Ayam kampung tidak memiliki istilah ayam kampung petelur
ataupun pedaging. Hal ini disebabkan ayam kampung bertelur sebagaimana halnya
bangsa unggas dan mempunyai daging selayaknya hewan pada umumnya (Rasyaf,
1992).
Ayam kampung
merupakan turunan panjang dari proses sejarah perkembangan genetik perunggasan
di tanah air. Ayam kampung diindikasikan dari hasil domestikasi ayam hutan
merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hijau (Gallus
varius). Awalnya, ayam tersebut hidup di hutan, kemudian didomestikasi
serta dikembangkan oleh masyarakat pedesaan (Yaman, 2010).
B.
Jenis-Jenis Ayam Kampung
Diantara jenis-jenis ayam kampung asli Indonesia tersebut adalah :
1.
Ayam Nunukan
Ayam ini merupakan jenis ayam buras yang potensial sebagai ayam petelur.
Nama ayam ini berasal dari daerah tempat ditemukannya banyak jenis ayam ini,
yaitu di Tarakan dan Nunukan, Kalimantan Timur. Salah satu nama julukan untuk
ayam nunukan adalah ayam cina karena ada yang berpendapat ayam ini berasal dari
daratan Cina bagian selatan. Ciri ayam betina nunukan yang memiliki
produktivitas bertelur yang baik adalah yang memiliki ekor panjang. Bobot
betina nunukan dewasa mencapai 1,9 kg. Produktivitas bertelurnya mencapai 130
butir per tahun (sekitar 35%) dengan bobot telur rata-rata 50 gram per butir.
Masa bertelurnya cukup lama, mencapai 3 tahun. Produktivitas ini bisa ditingkatkan
dengan pemeliharaan yang intensif. Berbeda dengan betinanya, ayam nunukan
jantan memiliki bulu sayap dan ekor yang pertumbuhannya tidak sempurna. Bulu
ekornya sangat pendek dan tampak seperti dipotong. Ciri lain nunukan jantan
adalah perawakannya cukup besar dengan bobot mencapai lebih dari 4 kg saat
dewasa. Jengger dan pial nunukan jantan juga besar dan berwarna merah.
Jenggernya tunggal bergerigi delapan dan runcing.
2.
Ayam Kedu
Nama ayam kedu berasal dari daerah yang memang banyak dijumpai jenis ayam
ini, yaitu Desa Kedu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Ada dua pendapat
mengenai asal ayam ini. Ada yang percaya, ayam kedu merupakan ayam asli Pulau
Jawa yang kemudian diekspor ke Amerika pada tahun 1930-an dan dikenal dengan
nama black Java breed (ayam hitam asal Jawa). Namun, ada juga pendapat yang
mengatakan ayam kedu merupakan ayam hasil persilangan antara ayam dorking yang
dibawa Raffles dengan ayam buras di daerah Dieng. Ayam ini memiliki ukuran
standar ayam biasa dengan jengger tunggal. Ayam kedu betina memiliki bobot
sekitar 2-3 kg dan kedu jantan memiliki bobot 2-4 kg. Umur ayam kedu rata-rata
6-8 tahun. Ayam kedu akan mulai bertelur pada umur 138-195 hari. Produktivitas
bertelur ayam kedu sekitar 124 butir per tahun (34%). Namun, dengan pemeliharaan
intensif menggunakan kandang baterai, produktivitas dapat ditingkatkan. Ayam
kedu termasuk ayam buras yang potensial dijadikan ayam petelur dan pedaging.
Ayam kedu memiliki beberapa jenis, di antaranya kedu hitarn, kedu putih, dan
kedu lurik atau blorok (campuran). Produktivitas kedu hitam lebih tinggi
daripada produktivitas kedu putih atau campuran. Pada jenis kedu hitam ada yang
dikenal sebagai ayam cemani, yaitu jenis ayam yang seluruh bagian tubuhnya
berwarna hitam, hingga daging, tulang, dan darahnya. Ayam cemani dengan
kualitas seperti ini sangat langka dan banyak dijadikan ayam koleksi. Sementara
jenis kedu hitam yang lain (bukan cemani) hanya memiliki warna hitam di bagian
bulunya. Perbedaan mama kedu petelur dengan kedu dwifungsi adalah bobot
badannya. Bobot betina kedu petelur sekitar 1,5 kg, sedangkan bobot betina kedu
dwifungsi mencapai 2,5 kg. Sementara bobot jantan kedu petelur 2-2,5 kg,
sedangkan bobot jantan kedu dwifungsi mencapai 3,5 kg. Kelebihan lain ayam kedu
adalah mudah beradaptasi dengan lingkungan baru serta tahan terhadap stres dan
penyakit. Ayam cemani. Merupakan salah satu jenis ayam kedu yang seluruh bagian
tubuhnya berwarna hitam.
3.
Ayam Merawang
Ayam merawang merupakan ayam lokal yang banyak terdapat di daerah Bangka
Belitung. Meskipun merupakan ayam asli dari Cina, ayam merawang sudah
dipelihara cukup lama oleh masyarakat Bangka Belitung sehingga menjadi aset dan
unggas lokal unggulan. Ayam merawang memiliki warna bulu yang seragam, yaitu
cokelat kemerahan hingga keemasan. Penampilannya mirip dengan ayam ras petelur
Rhode Island Red. Ayam ini potensial sebagai ayam petelur. Daya tetas telurnya
cukup tinggi, mencapai 86,4%. Ayam merawang. meskipun merupakan ayam asli dari
Cina, saat ini sudah menjadi aset dan unggas lokal unggulan di daerah Bangka
Belitung.
4.
Ayam Sentul
Ayam sentul merupakan ayam lokal
yang berkembang di wilayah Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Ayam yang semula
banyak dijadikan ayam aduan ini, sekarang dimanfaatkan sebagai ayam petelur
atau pedaging. Penampilan fisik ayam sentul mirip dengan ayam bangkok. Bentuk
jengger dan pialnya cukup besar dan lebar. Ada lima variteas ayam sentul
berdasarkan warna bulunya, yaitu sentul emas, sentul debu, sentul jambe, sentul
batu, dan sentul kelabu. Produksi bertelur ayam sentul sekitar 10-18 butir per
periode dengan bobot setiap telur sekitar 43 gram. Fertilitas telur ayam sentul
cukup tinggi, mencapai 80,4% dengan daya tetas hingga 78,2%.
5.
Ayam Pelung
Ayam pelung merupakan jenis ayam buras yang awalnya banyak terdapat di Jawa
Barat, terutama di daerah Cianjur dan Sukabumi. Namun, saat ini sudah banyak
tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Ayam pelung jantan termasuk jenis
ayam buras dengan bobot paling besar di antara jenis ayam buras lainnya.
Bobotnya mencapai 3,50-5,50 kg/ekor. Pada masa lalu bahkan mencapai 7,5
kg/ekor. Sementara itu, bobot betinanya maksimum 3,5 kg/ekor. Besarnya
pertumbuhan bobot ayam ini menjadikan ayam pelung berpotensi sebagai ayam buras
pedaging. Ayam pelung betina mulai bertelur pada umur 165-210 hari.
Produktivitas bertelurnya mencapai 68 butir per tahun dengan bobot telur
sekitar 42 gram per butir. Ayam pelung. Berpotensi sebagai ayam pedaging,
tetapi hingga saat ini lebih sering dipelihara sebagai ayam klangenan karena
memiliki suara yang nyaring dan panjang.
C. Pesyaratan Bibit Unggul Persilangan
Persyaratan bibit unggul
pada ayam sebelum disilangkan meliputi karakteristik sebagai berikut:
1.
Bagian tubuh tak ada yang rusak atau cacat, misalnya
kaki utuh dan leher lurus.
2.
Otot gempal dan kuat, terutama di bagian paha dan
dada. Tulangnya juga kuat.
3.
Susunan bulu teratur, saling menghimpit dan tampak
mengkilat. Kondisi bulu yang baik mencerminkan kondisi kulit yang baik pula.
4.
Mata cerah dan pandangannya tampak tajam.
5.
Gerakannya gesit yaitu mudah berontak bila dipegang.
6.
Ukuran badannya sedang, tidak kurus dan tidak gemuk.
7.
Induk jantan mempunyai jengger yang berwarna merah
cerah, kepala tampak kokoh, paruh pendek, tajam dan kuat.
8.
Jarak ujung tulang dada dengan dubur berjarak minimal
tiga jari tangan.
D. CONTOH
PERSILANGAN
1.
Persilangan ayam kedu, Rhode Island Red, dan White
Leghorn
Salah satu cara terpopular dalam mencetak ayam kamper adalah melakukan
persilangan berjenjang dengan menggunakan 3 bahan: ayam kedu, Rhode Island Red,
dan White Leghorn. Dua jenis ayam yang disebut terakhir merupakan tipe ayam ras
petelur.
AYAM KEDU HITAM
WHITE
LEGHORN BETINA
|
RHODE
ISLAND RED JANTAN
|
Ketiga jenis
ayam itulah yang dijadikan sebagai “great parent stock (GPS)”. Great
parent stock harus mempunyai gen homozigot, sebagaimana dimiliki pabrik
pembibitan berskala besar.
Homozigot adalah sifat / karakter
dalam bentuk genotip (susunan genetik) yang diperoleh
individu ayam dari bapak atau ibunya, kemudian diwariskan kepada anaknya.
Individu homozigot ini memiliki kromosom dengan pasangan gen (alel) yang sama
pada setiap lokus gen. Lawannya dari homozigot adalah heterozigot, di mana
pasangan gen (alel) dari setiap kromosom menempati lokus gen yang berbeda-beda.
Rhode Island
Red dan White Leghorn yang selama ini digunakan pembibit ayam kamper
sesungguhnya hanya final stock, atau DOC yang dipelihara sampai besar. Final
stcok pasti bersifat heterozigot. Begitu pula dengan ayam kedu, yang hingga
kini belum dilakukan pemurnian galur sehingga selalu heterozigot.
Ketiga jenis
ayam inilah yang disilangkan untuk menghasilkan ayam kamper, dengan proses
sebagai berikut:
a.
Tahap pertama, pejantan Rhode Island Red dikawinkan
dengan betina ayam kedu, menghasilkan keturunan / filial pertama (F1) yang kita
sebut RIRK. Untuk proses selanjutnya, yang diambil hanya F1 jantan. Dalam
pembibitan besar, proses ini seperti perkawinan antar-GPS untuk menghasilkan parent
stock (PS).
b.
Tahap kedua, pejantan ayam kedu disilangkan dengan
betina White Leghorn, menghasilkan F1 yang kita sebut KWL. Untuk proses
selanjutnya, yang diambil hanya F1 betina. Proses ini juga seperti perkawinan
antar-GPS untuk menghasilkan PS.
c.
Tahap ketiga, pejantan RIRK dikawinkan dengan betina
KWL, sehingga menghasilkan keturunan yang diklaim sebagai ayam kampung super.
Proses ini seperti perkawinan antara dua parent stock untuk menghasilkan
final stock.
Sekarang
kita analisis persentase darah dari ayam kamper, berdasarkan tiga tahapan di
atas:
a.
Tahap pertama, RIRK memiliki persentase 50% Rhode
Island Red dan 50% Kedu
b.
Tahap kedua, KWL memiliki persentase 50% Kedu dan 50%
White Leghorn
c.
Tahap ketiga, ayam kamper memiliki persentase 50%
Kedu, 25% Rhode Island Red dan 25% White Leghorn.
Jadi, setengah darah ayam kampung super adalah ayam kedu, dan setengah lagi ayam ras petelur. Ayam kedu, baik jantan maupun betina, memiliki
bobot badan yang lebih besar daripada ayam kampung biasa. Demikian pula dengan
ayam jantan Rhode Island Red, yang saat dewasa bobotnya bisa mencapai 6 kg.
Adapun White Leghorn merupakan ayam petelur tipe ringan, tubuhnya langsing
seperti ayam kampung.
Sekarang
kita lihat warna bulunya. Ayam kedu bisa dibedakan menjadi tiga berdasarkan
warna bulu , yaitu
putih mulus, hitam pulus, dan blorok (campuran hitam dan putih). Rhode Island
Red memiliki warna bulu cokelat
kemerahan, sedangkan White Leghorn putih mulus.
Dari
gambaran di atas bisa diprediksi bahwa pertumbuhan ayam kamper lebih cepat
daripada ayam kampung biasa. Kalau dipelihara secara intensif, bobot badan bisa
mencapai 0,9 – 1,1 kg pada umur 55 – 60 hari, dengan rasa dan tekstur daging
yang menyerupai ayam kampung. Bahkan jika dibiarkan sampai dewasa, umur 5-7
bulan, ayam kamper juga bisa menjadi ayam kampung petelur unggulan.
2.
Persilangan ayam kampung dan ayam ras pedaging
ARBOR ACRES JANTAN
Sebagian
pembibit ayam kamper hanya menggunakan dua bahan saja, yaitu betina ayam
kampung dan pejantan ayam ras pedaging (broiler). Jenis ayam pedaging yang
bagus dijadikan bahan antara lain Hybro dan Arbor Acres..
Kalau
menggunakan parent stock, lama pemeliharaan ayam kamper hingga panen
bisa dipersingkat menjadi 45 hari, dengan bobot badan rata-rata 1,0 kg. Apabila
menggunakan final stock, masa panen umumnya 50 – 60 hari dengan bobot badan 0,8
– 1,0 kg.
3.
Persilangan ayam kampung dan ayam ras petelur
HARCO JANTAN
Cara ini
pernah dilakukan sejumlah mahasiswa Fakultas Peternakan UGM sekitar tahun 1986
– 1989, dipelopori Ali Agus (kini gurubesar di fakultas tersebut), melalui
program Desa Binaan Ayam Buras di Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Sleman.
Ini merupakan program Senat Mahasiswa di masa kepemimpinan Ahmad Wahyudi (1985
– 1987), kemudian saya teruskan saat didapuk menjadi ketua umum Senat Mahasiswa
(1987 – 1989).
Jenis ayam
ras petelur yang digunakan adalah Harco, dan yang dijadikan bahan hanya
pejantannya saja. Pejantan Harco dikawinkan dengan betina ayam kampung.
Orientasinya memang bukan ayam kampung super untuk diambil dagingnya, tetapi
untuk diambil telurnya.
Hasilnya
memang bagus. Melalui pemeliharaan semi-intensif (umbaran terpagar), produktivitas
telur F1 hasil persilangan ini bisa mencapai 41,3 – 54,35%. Ayam kampung asli
yang dipelihara tradisional hanya memiliki produktivitas telur 19,03%.
Meski tujuan
awalnya untuk dijadikan ayam kampung petelur, ternyata pertumbuhan badannya
lebih cepat daripada ayam kampung biasa.
4.
Persilangan ayam ras petelur dan ayam bangkok / pelung
/ cemani.
Dalam hal
ini, yang digunakan adalah betina White Leghorn dan pejantan ayam bangkok /
pelung / cemani. Tidak ada perkawinan berjenjang di sini, sehingga induk jantan
dan induk betina difungsikan sebagai “parent stock” untuk menghasilkan final
stock berupa ayam kamper.
a)
Ayam Cemani
b) Ayam Bangkok
c)
Ayam Pelung
Pertumbuhan
badannya tidak sebagus model pertama dan kedua, tetapi masih lebih bagus
daripada model ketiga. Sama seperti model pertama dan kedua, warna bulu ayam kamper
hasil persilangan ini juga dominan putih, dengan selingan warna hitam pada
beberapa individu..
5.
Persilangan ayam kampung dan ayam lingnan
Model ini
pernah dilakukan Jatmiko Adi Nugroho untuk bahan penulisan skripsi S1 Program
Studi Produksi Ternak, Fakultas Peternakan Undip (2005). Dalam penelitian di
Balai Pembibitan Ternak Unit Maron Temanggung, Jawa Tengah, betina ayam kampung
dikawinkan dengan pejantan ayam lingnan (konon disebut sebagai ayam kampung
super China).
Dengan
pemberian pakan berkadar
protein tinggi (20%), keturunan ayam kampung dan lingnan ini bisa mencapai
bobot badan 936 gram pada umur 10 minggu. Namun tidak dijelaskan warna bulu
hasil persilangan ini.
Alief Ardi,
warga Desa Tlogopayung, Kecamatan Plantungan, Kendal, juga pernah mengawinkan
betina ayam kampung dan pejantan ayam lingnan. Hasilnya, ayam kamper bisa
mencapai bobot badan 1,0 kg pada umur 2,5 - 3 bulan. Namun warna bulunya
dominan cokelat, mirip bapaknya
DAFTAR PUSTAKA
Muslim,
Dudung Abdul. 2013. Bagaimana “mencetak” ayam kampung super?.
Rasyaf M. 1992. Produksi dan Pemberian Pakan
Unggas. Hlmn 42-50.Yoyakarta: Kanisius.
Yaman, M. Aman. 2010. Ayam Kampung Unggul 6 Minggu Panen. Penebar
Swadaya: Depok
0 comments:
Post a Comment