Home » » Teknologi Inseminasi Buatan (IB)

Teknologi Inseminasi Buatan (IB)

Written By Unknown on Saturday, April 2, 2016 | April 02, 2016

BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang

Permasalahan yang dihadapi dalam bidang peternakan di Indonesia antara lain adalah masih rendahnya produktifitas dan mutu genetik ternak. Keadaan ini terjadi karena sebagian besar peternakan di Indonesia masih merupakan peternakan konvensional, dimana mutu bibit, penggunaan teknologi dan keterampilan peternak relatif masih rendah. 
Orientasi swasembada daging sapi tahun 2014 (PSDS 2014) tidak semata-mata diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan konsumen dengan pengendalian impor (sapi dan daging) tetapi lebih diarahkan dalam konteks peningkatan produksi, kesejahteraan peternak, dan kesinambungan usaha peternak sapi serta meningkatkan daya saing produksi, sehingga secara langsung maupun tidak langsung dampaknya akan mengurangi ketergantungan dari impor daging dan sapi bakalan.
Tulang punggung penyediaan daging sapi di Indonesia adalah peternak berskala kecil, karena hanya sedikit peternak yang berskala menengah atau besar. Peternakan rakyat berskala kecil biasanya merupakan usaha sambilan sehingga kurang mendapat perhatian khususnya kesehatan reproduksi ternak. Apakahnya ternaknya sudah cukup sehat sehingga dapat beranak setiap tahun, atau mengalami gangguan reproduksi yang berdampak pada rendahnya service per conception (S/C), panjangnya calving interval (CI), rendahnya angka kelahiran dan meningkatnya angka kemajiran..
Oleh karena itu untuk memperoleh sapi yang mempunyai nilai produksi yang tinggi, kebutuhan akan manajemen pun akan sangat penting untuk diperhatikan. Selain itu Insenminasi Buat sering dilakukan untuk meningkatkan produktifitas dan meningkatkan kualitas dari populasinya menjadi lebih baik dengan cara menggabungkan sifat unggul dari beberapa ternak kedalam ternak keturunannya.

B.       Rumusan Masalah

1.    Apa yang dimaksud dengan Inseminasi Buatan ?
2.    Bagaimana sejarah perkembangan Inseminasi Buatan Di Indonesia?
3.    Apa Tujuan dan manfaat dan kerugian dilakukannya Inseminasi Buatan ?
4.    Bagaimana cara memproduksi semen beku ?
5.    Bagaimana sapi yang siap di Inseminas.?
6.    Bagaimana pelaksanaan Inseminasi ?

C.      Tujuan

1.    Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kealaman Dasar
2.    Mengenalkan kepada teman-teman yang tidak satu jurusan bagaimana teknologi dalam bidang peternakan.
3.    Untuk mengenal apa itu inseminasi buatan
4.    Untuk mengetahui bagaimana penerapan inseminasi itu sendiri
5.    Serta mengetahui mamfaat dan kekurangan dari Inseminasi Buatan ini sendiri


BAB II
PEMBAHASAN



A.      Pengertian Inseminasi Buatan (IB)


Teknologi modern pada zaman sekarang telah mampu mengatasi masalah kemandulan (bagi manusia) dan menghasilkan bibit-bibit unggul (bagi hewan yang dapat menguntungkan manusia), khususnya dalam bidang bioteknologi. Hal tersebut dapat dilakukan diantaranya dengan melalui inseminasi buatan.
Teknologi Inseminasi Buatan (IB) merupakan teknologi yang sudah lama dikenal, namun masih relevan untuk digunakan sekarang ini. Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik adalah suatu cara atau teknik untuk  memasukkan mani (sperma atau semen) yang telah dicairkan dan telah   diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam  saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut 'insemination gun'.
Teknologi Inseminasi Buatan (IB) telah sejak dahulu berkembang di masyarakat peternak,terutama sapi perah, karena teknologi tersebut telah mampu memperbaiki mutu genetik ternak sapi perah. Dalam hal pelaksanaan program 1B, maka beberapa faktor sangat berpengaruh terhadap keberhasilan program tersebut. Adapun faktor-faktor yang berpengaruh adalah faktor betina, faktor semen beku dan faktor sumber daya manusia (SDM) dalam hal ini inseminator. Induk betina akan merespon program 113 apabila saat dilakukan IB kondisi induk sedang dalam keadaan estrus (berahi), untuk betina dara sudah dalam usia dewasa kelamin, serta memang si induk tersebut tidak mempunyai catatan penyakit terutama penyakit reproduksi .Inseminasi Buatan didefinisikan sebagai proses memasukkan semen ke dalam organ reproduksi betina dengan menggunakan alat inseminasi . Prosesnya secara luas mencakup penampungan semen, pengenceran dan pengawetan semen sampai pada deposisi semen ke dalam saluran reproduksi betina (Ax et al.,, 2000) .

B.      Sejarah Perkembangan Inseminasi Buatan di Indonesia
Inseminasi Buatan pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada awal tahun limapuluhan oleh Prof. B. Seit dari Denmark di Fakultas Hewan dan Lembaga Penelitian Peternakan Bogor. Dalam rangka rencana kesejahteraan istimewa (RKI) didirikanlah beberpa satsiun IB di beberapa daerah di awa Tenggah (Ungaran dan Mirit/Kedu Selatan), Jawa Timur (Pakong dan Grati), Jawa Barat (Cikole/Sukabumi) dan Bali (Baturati). Juga FKH dan LPP Bogor, difungsikan sebagai stasiun IB untuk melayani daerah Bogor dan sekitarnya, Aktivitas dan pelayanan IB waktu itu bersifat hilang, timbul sehingga dapat mengurangi kepercayaan masyarakat.

Pada tahun 1959 dan tahun-tahun berikutnya, perkembangan dan aplikasi IB untuk daerah Bogor dan sekitranya dilakukan FKH IPB, masih mengikuti jejak B. Seit yaitu penggunaan semen cair umtuk memperbaiki mutu genetik ternak sapi perah. Pada waktu itu belum terfikirkan untuk sapi potong. Menjelang tahun 1965, keungan negara sangat memburuk, karena situasi ekonomi dan politik yang tidak menguntungkan, sehingga kegiatan IB hampir-hampir tidak ada. Stasiun IB yang telah didirikan di enam tempay dalam RKI, hanya Ungaran yang masih bertahan
Di Jawa Tenggah kedua Balai Pembenihan Ternak yang ditunjuk, melaksanakan kegiatan IB sejak tahun1953, dengan tujuan intensifikasi onggolisasi untuk Mirit dengan semen Sumba Ongole (SO) dan kegiatan di Ungaran bertujuan menciptakan ternak serba guna, terutama produksi susu dengan pejantan Frisien Holstein (FH). Ternyata nasib Balai Pembibitan Ternak kurang berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik, kecuali Balai Pembibitan Ternak Ungaran, dan tahun1970 balai ini diubah namanya menjadi Balai Inseminasi Buatan Ungaran, dengan daerah pelayanan samapi sekarang di daerah jalur susu Semarang – Solo – Tegal.
Inseminasi buatan telah pula digalakkan atau diperkenalkan oleh FKH IPB, di daerah Pengalengan, Bandung Selatan, bahkan pernah pula dilakukan pameran pedet (Calf Show) pertama hasil IB. Kemajuan tersebut disebabkan adanya sarana penunjang di daerah tersebut yaitu 1) rakyat pemelihara sapi telah mengenal tanda-tanda berahi dengan baik, 2) rakyat telah tahu dengan pasti bahwa peningkatan mutu ternak melalui IB merupakan jalan yang sesingkat-singkatnya menuju produksi tinggi, 3) pengiriman semen cair dari Bogor ke Pengalengan dapat memenuhi permintaan, sehingga perbaikan mutu genetik ternak segera dapat terlihat.
Hasil-hasil perbaikan mutu genetik ternak di Pengalengan cukup dapat memberi harapan kepda rakyat setempat. Namun sayangnya peningkatan produksi tidak diikuti oleh peningkatan penampungan produksi itu sendiri. Susu sapi umumnya dikonsumsi rakyat setempat. Akibatnya produsen susu menjadi lesu, sehingga perkembangan IB di Pangalengan sampai tahun 1970, mengalami kemunduran akibat munculnya industri-industri susu bubuk yang menggunakan susu bubuk impor sebagai bahan bakunya.
Kekurang berhasilan program IB antara tahun 1960-1970, banyak disebabkan karena semen yang digunakan semen cair, dengan masa simpan terbatas dan perlu adanya alat simpan sehingga sangat sulit pelaksanaanya di lapangan. Disamping itu kondisi perekonomian saat itu sangat kritis sehingga pembangunan bidang peternakan kurang dapat perhatian.
Dengan adanya program pemerintah yang berupa Rencana Pembangunan Lima Tahun yang dimulai tahun 1969, maka bidang peternakan pun ikut dibangun. Tersedianya dana dan fasilitas pemerintah akan sangat menunjang peternakan di Indonesia, termasuk program IB. Pada awal tahun 1973 pemerintah measukan semen beku ke Indonesia. Dengan adanya semen beku inilah perkembangan IB mulai maju dengan pesat, sehingga hampir menjangkau seluruh provinsi di Indonesia.
Semen beku yang digunkan selema ini merupakan pemberian gratis pemerintah Inggris dansSelandia Baru. Selanjutnya pada tahun 1976 pemerintah Selandia Baru membantu mendirikan Balai Inseminasi Buatan, dengan spesialisasi memproduksi semen beku yang terletak di daerah Lembang Jawa Barat. Setahun kemudian didirikan pula pabrik semen beku kedua yakni di Wonocolo Suranaya yang perkembangan berikutnya dipindahkan ke Singosari Malang Jawa Timur.
Untuk kerbau pernah pula dilakukan IB, yakni di daerah Serang, Banten, dengan IPB sebagai pelaksana dan Dirjen Peternakan sebagai sponsornya (1978). Namun perkembangannya kurang memuaskan karena dukungan sponsor yang kurang menunjang, disamping reproduksi kerbau belum banyak diketahui. IB pada kerbau pernah juga diperkenalakan di Tanah Toraja Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara dan Jawa Timur.
Hasil evaluasi pelaksanaan IB di Jawa, tahun 1972-1974, yang dilaksanakan tahun 1974, menunjukan anka konsepsi yang dicapai selama dua tahun tersebut sangat rendah yaitu antara 21,3 – 38,92 persen. Dari survei ini disimpulkan juga bahwa titik lemah pelaksaan IB, tidak terletak pada kualitas semen, tidak pula pada keterampilan inseminator, melainkan sebagian besar terletak pada ketidak suburan ternak-ternak betina itu sendiri. Ketidak suburan ini banyak disebabkan oleh kekurangan pakan, kelainan fisiologi anatomi dan kelainan patologik alat kelamin betina serta merajalelanya penyakit kelamin menular. Dengan adanya evaluasi terebut maka perlu pula adanya penyemopurnaan bidang organisasi IB, perbaikan sarana, intensifikasi dan perhatian aspek pakan, manajemen, pengendalian penyakit.

C.      Tujuan, Keuntungan dan Kerugian Insemiasi Buatan
Yang dimaksud dengan Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik adalah suatu cara atau teknik untuk memasukkan mani (spermatozoa atau semen) yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut ‘insemination gun‘.

            1.      Tujuan Inseminasi Buatan (IB)
a)    Memperbaiki mutu genetika ternak;
b)   Tidak mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa ketempat yang dibutuhkan sehingga mengurangi biaya ;
c)    Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam jangka waktu yang lebih lama;
d)   Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur;
e)    Mencegah penularan / penyebaran penyakit kelamin.

           2.      Keuntungan Inseminasi Buatan (IB)
a)    Menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan;
b)   Dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik;
c)    Mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina (inbreeding);
d)   Dengan peralatan dan teknologi yang baik spermatozoa dapat simpan dalam jangka waktu yang lama;
e)    Semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian walaupun pejantan telah mati;
f)    Menghindari kecelakaan yang sering terjadi pada saat perkawinan karena fisik pejantan terlalu besar;
g)   Menghindari ternak dari penularan penyakit terutama penyakit yang ditularkan dengan hubungan kelamin.

            3.      Kerugian Inseminasi (IB)
a)    Apabila identifikasi birahi (estrus) dan waktu pelaksanaan IB tidak tepat maka tidak akan terjadi terjadi kebuntingan;
b)   Akan terjadi kesulitan kelahiran (distokia), apabila semen beku yang digunakan berasal dari pejantan dengan breed / turunan yang besar dan diinseminasikan pada sapi betina keturunan / breed kecil;
c)    Bisa terjadi kawin sedarah (inbreeding) apabila menggunakan semen beku dari pejantan yang sama dalam jangka waktu yang lama;
d)   Dapat menyebabkan menurunnya sifat-sifat genetik yang jelek apabila pejantan donor tidak dipantau sifat genetiknya dengan baik (tidak melalui suatu progeny test).

D.       Cara Mereproduksi Semen Beku

Gambar. Tempat Penyimpanan Semen Beku

Reproduksi semen beku hanya dapat dilakukan di Balai Inseminasi Buatan (BIB). Tahapan-tahapan dalam memproduksi semen beku diantaranya yaitu:
1.    Mempersiapkan sapi pejantan yang akan diinseminasi yang umurnya 15 – 18 bulan, tingginya 123 cm dan beratnya minimal 350 kg.
2.    Persiapan vagina buatan yang suhunya mencapai 420C, vagina buatan ini harus licin, karena itu gunakan vaseline agar licin seperti vagina yang asli
3.    Penampungan semen sapi pejantan, sapi pejantan dan spai betina disatukan kemudian sapi-sapi itu akan melakukan fisin (pemanasan sebelum kawin), bila penis jantan telah kelihatan merah, tegang dan kencang, maka penis langsung dimasukan ke vagina buatan.
4.    Kemudian sperma dalam vagina buatan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa.  
a)    Bila sperma berwarna hijau, ada kotoran yang terdorong
b)   Bila sperma berwarna merah, segar, venis teriritasi
c)    Bila sperma berwarna cokelat, venis ada yang luka
d)   Bila sperma berwarna krem susu bening, maka itulah sperma yang bagus
5.    Penentuan konsentrasi semen segar
6.    Proses pengenceran sperma
7.    Proses filing dan sealing, memasukan sperma ke dalam ministrow isi I strow 0,25 CC
8.    Proses pembekuan
9.    After throwing dan water intubator test

a.      Sapi yang layak untuk di IB memenuhi syarat antara lain :
1.    Sapi betina yang telah memenuhi umur pubertas.
2.    Telah menunjukkan tanda-tanda birahi.
3.    Sebaiknya induk memiliki tulang pelvis (pinggul ) yang lebar.
4.    Jika kondisi induk sangat kecil gunakan semen sapi bali.

b.      Pelaksanaan Program Inseminasi Buatan (IB)

Gambar Proses IB

Gambar Inseminasi Gun
1.    Pemeriksaan awal
Deteksi birahi yang tepat adalah kunci utama keberhasilan Inseminasi Buatan, selanjutnya adalah kecepatan dan ketepatan pelayanan Inseminasi Buatan itu sendiri dilaksanakan.
Keterlambatan pelayanan Inseminasi Buatan (IB) akan berakibat pada kerugian waktu yang cukup lama. Jarak antara satu birahi ke birahi selanjutnya adalah kira-kira 21 hari sehingga bila satu birahi terlewati maka kita masih harus menunggu 21 hari lagi untuk melaksanakan Inseminasi Buatan (IB) selanjutnya. Kegagalan kebuntingan setelah pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) juga akan berakibat pada terbuangnya waktu percuma, selain kerugian materiil dan immateriil karena terbuangnya semen cair dan alat pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) serta terbuangnya biaya transportasi baik untuk melaporkan dan memberikan pelayanan dari pos Inseminasi Buatan (IB) ke tempat sapi birahi berada.

b.  Tanda - tanda birahi pada sapi betina adalah :
1.    ternak gelisah
2.    sering berteriak
3.    suka menaiki dan dinaiki sesamanya
4.    vulva : bengkak, berwarna merah, bila diraba terasa hangat (3 A dalam bahasa Jawa: abang, abuh, anget, atau 3 B dalam bahasa Sunda: Beureum, Bareuh, Baseuh)
5.    dari vulva keluar lendir yang bening dan tidak berwarna
6.    nafsu makan berkurang

Gejala - gejala birahi ini memang harus diperhatikan minimal 2 kali sehari oleh pemilik ternak. Jika tanda-tanda birahi sudah muncul maka pemilik ternak tersebut tidak boleh menunda laporan kepada petugas inseminator agar sapinya masih dapat memperoleh pelayanan Inseminasi Buatan (IB) tepat pada waktunya. Sapi dara umumnya lebih menunjukkan gejala yang jelas dibandingkan dengan sapi yang telah beranak.

E.      Waktu Melakukan Inseminasi Buatan (IB)
Pada waktu di Inseminasi Buatan (IB) ternak harus dalam keadaan birahi, karena pada saat itu liang leher rahim (servix) pada posisi yang terbuka.
Kemungkinan terjadinya konsepsi (kebuntingan) bila diinseminasi pada periode-periode tertentu dari birahi telah dihitung oleh para ahli, perkiraannya adalah :
1.      Permulaan birahi : 44%
2.      Pertengahan birahi : 82%
3.      Akhir birahi : 75%
4.      6 jam sesudah birahi : 62,5%
5.      12 jam sesudah birahi : 32,5%
6.      18 jam sesudah birahi : 28%
7.      24 jam sesudah birahi : 12%




BAB III
PENUTUP


A.      Kesimpulan
Inseminasi Buatan adalah suatu proses percepatan kebuntingan pada ternak yang sangat berperan dalam menentukan keberhasilan dan kemajuan kegenetik, inseminasi buatan banyak digunakan karena mempunyai banyak keuntungan bagi para peternak. Meskipun Inseminasi BUatan Mempunyai banyak keuntungan namun tidak selamanya dan seterusnya ternak bisa di Inseminasi Sewaktu-waktu karena harus memenuhi Siklus birahinya terlebih dahulu.

B.       Saran
1.        Sapi yang telah diinseminasi, sebaiknya tidak dilepas dahulu kedalam kelompok, untuk  mencegah kegagalan inseminasi buatan.
2.        Peternak diharapkan mengetahui dengan baik gejala-gejala timbulnya birahi pada sapi, dan segera melaporkan pada inseminator agar tidak terjadi keterlambatan inseminasi buatan.
3.        Penyuluhan diharapkan dilakukan kepada masyarakat, agar lebih mengetahui dan lebih paham dengan inseminasi buatan.


DAFTAR PUSTAKA


Evans G and MaxwelI WMC, 1987. Salamon’s Artificial Insemination of Sheep and Goats. Butterworths. Sydney.
Foote RH, 1980. Artificial Insemination. In Reproduction in Farm Animal 4thEdition. Hafez, E.S.E. (Ed.). Lea and Febiger. Philadelpia.
Hafez, E.S.E. 1993. Artificial insemination. In: HAFEZ, E.S.E. 1993. Reproduction in Farm Animals. 6 Th Ed. Lea & Febiger, Philadelphia. Hal 424-439.
Partodiharjo, Soebadi. 1987. Pemulia Biakkan Ternak Sapi. PT Gramedia, Jakarta.
Salisbury, G.W dan N.L. Vandemark, 1985, Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan Pada Sapi, diterjemahkan R. Djanuar, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Toelihere, M . R. 1985. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Gramedia
Toelihere MR, 1985. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung.




Sumber:  Internet
Share this article :

0 comments:

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Pet014 - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger