Home » » Makalah Agama: AKHLAQUL KARIMAH

Makalah Agama: AKHLAQUL KARIMAH

Written By Badaruddin on Thursday, April 21, 2016 | April 21, 2016

AKHLAQUL KARIMAH



BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang
Akhlak merupakan suatu keadaan yang melekat dalam jiwa, maka suatu perbuatan baru dapat disebut akhlak kalau terpenuhi beberapa syarat, antara lain :
1.    Perbuatan tersebut dilakukan secara continu atau berkesinambungan.Kalau perbuatan dilakukan hanya sekali saja maka tidak disebut sebagai akhlak. Contoh, pada orang yang jarang berinfaq, tiba-tiba memberikan uang kepada orang lain dengan alasan tertentu. Dengan tindakan tersebut tidak dapat disebut murah hati atau berakhlak dermawan, karena hal tersebut tidak melekat dalam jiwanya.
2.    Perbuatan tersebut timbul secara tiba-tiba, bukan sebab difikirkan atau direncanakan dahulu. Jika perbuatan itu timbul karena terpaksa atau detelah difikirkan secara matang, maka tidak dapat disebut akhlak.

B.            Tujuan
Diharapkan manusia bisa membiasakan perilaku terpuji, supaya dapat mengendalikan diri untuk tidak berbuat maksiat kepada Allah SWT, serta dapat mendorong manusia untuk menunaikan kewajiban beribadah kepada Allah SWT.

 



 BAB II
PEMBAHASAN

A.           Sikap Dan Tingkah Laku Akhlaqul Karimah

Akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian. Jika hal tersebut melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji menurut pertimbangan Akal dan Syar’i, maka disebut akhlak yang baik. Sedangkan sebaliknya jika yang timbul adalah kemungkaran maka disebut akhlak yang buruk. Jadi akhlakul karimah dapat diartikan sebagai akhlak yang baik yang daripadanya terdapat unsur dan sifat-sifat kebaikan.
Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata Al-Khulq yang artinya :
1.        Tabi’at atau budi pekerti
2.        Kebiasaan atau adat
3.        Keperwiraan.

Akhlak merupakan suatu keadaan yang melekat dalam jiwa, maka suatu perbuatan baru dapat disebut akhlak kalau terpenuhi beberapa syarat, antara lain:
1.        Perbuatan tersebut dilakukan secara kontinyu atau berkesinambungan. Kalau perbuatan hanya dilakukan sekali saja maka tidak dapat disebut dengan akhlak. Contoh, pada suatu saat orang yang jarang berinfak tiba-tiba memberikan uang kepada orang lain dengan alasan tertentu. Dengan tindakan tersebut tidak dapat disebut murah hati atau berakhlak dermawan, karena hal tersebut tidak melekat dalam jiwanya.
2.        Perbuatan tersebut timbul secara tiba-tiba, bukan sebab dipikirkan atau direncanakan terlebih dahulu. Jika perbuatan itu timbul karena terpaksa atau setelah dipikirkan secara matang, maka tidak dapat disebut akhlak. Akhlak Nabi Muhammad SAW dapat disebut dengan akhlak Islam. Karena akhlak tersebut bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Qur’an datangnya dari Allah SWT, maka akhlak Islam mempunyai ciri-ciri tertentu yang berbeda dengan perbuatan yang diatur manusia.




Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut :
1.    Kebaikan bersifat mutlak, yaitu kebaikan yang terkandung dalam akhlak Islam adalah murni baik
2.    untuk individu maupun masyarakat.
3.    Kebaikannya bersifat menyeluruh, yaitu kebaikan yang selalu berlaku secara universal.
4.    Tetap, artinya kebaikannya tidak mengalami perubahan.
5.    Kewajiban yang harus dipenuhi, yaitu kebaikan yang terkandung dalam akhlak Islam merupakan
6.    hukum yang harus dilaksanakan sehingga ada sangsi hukum tertentu bagi yang tidak
7.    melaksanakan.
4.    Pengawasan yang menyeluruh, karena akhlak dari Allah maka pengaruhnya lebih kuat dari akhlak
8.    buatan manusia.


Macam-macam sikap akhlaqul karimah,yaitu :
1)   TAWADHU
Tawadhu berarti rendah hati. Kata tawadhu lawan kata takabur. Sikap tawadhu disukai dalam pergaulan sehingga menimbulkan rasa simpatik dan senang. Sikap takabur tidak disukai dalam pergaulan. Orang yang rendah hati tidak akan menurunkan martabatnya, justru mengangkat derajat orang tersebut. Orang yang sombong menginginkan agar dirinya tampak lebih tinggi dan dihormati orang lain. Namun justru sebaliknya, sikap sombong menghidangkan rasa simpati dan dijauhi dalam pergaulan.

2)   TAAT
Taat adalah sifat atau laku yang mampu untuk menjalankan semua perintah terutama perintah yang didasarkan atas perintah Allah SWT serta Rasulullah SAW serta menjaga harga diri, nama baik, serta kredibilitas bagi pelakunya. Baik di hadapan Allah maupun sesama manusia. Orang memiliki sifat taat tidak akan dipandang nista di hadapan Allah dan juga dalam pergaulan di masyarakat.



3)        QANA’AH
Qana'ah adalah rela menerima apa adanya. Rela menerima apa adanya dalam hal ini, adalah menerima atas hasil usaha. Jika seseorang sudah berusaha dengan sebaik-baiknya, namun hasilnya belum sesuai dengan apa yang diharapkan, maka dengan rela hati ia menerima hasil tersebut dengan syukur dan lapang dada atau bersabar dan bermanfaat.

4)        SABAR
a.    pengertian sabar
Sabar artinya tahan terhadap setiap penderitaan atau sesuatu yang tidak disenang dengansikap ridha dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT Ada juga yang mengartikan sabar adalah keteguhan hati dalam menghadapi berbagai kesulitan dan bahaya.. Kata sabar memang kedengarannya sangat sederhana, akan tetapi pada prakteknya tidak semua orang mampu melakukannya, dan sudah tidak menjadi rahasia lagi di lingkungan kita banyak orang sering kehilangan kesabaran.
b.    Macam-macam Sabar
Secara garis besar Sabar itu dikelompokan menjadi dua yaitu :
-       Jasmani, seperti menderita kesukaran dalam beramal dan beribadah.
-       Rohani, ialah sabar menahan hawa nafsu dan keinginan tabi'at manusiawi dan ajakan hawa nafsu. Misalnya :
§  Sabar menahan syahwat (nafsu) perut dan kemaluan namanya "iffah" (perwira)
§  Tahan menerima musibah dan penderitaan, nama istilahnya adalah "sabar" (tabah).
§  Sabar menahan diri dari hidup berlebih-lebihan, namanya “Zuhud" (sederhana).
§  Sabar menahan diri ketika mendapat kekayaan yaitu Dhabtum nafsi.
§  Sabar menerima bagian atau pemberian yang sedikit, dikenal denyan istilah "Qona'ah" (rela dengan yang telah ada).
§  Sabar dalam menghadapi peperangan yaitu : "syaja'ah" (berani).
§  Sabar dalam menahan amarah, disebut : "hilmi" (lapang dada).

Sabar pada Kenyataannya dapat Dikelompokan Menjadi tiga macam, yaitu :
1.        Sabar atau menahan diri dari segala perbuatan jahat (maksiat) Sabar merupakan dandasan yang kokoh untuk mewujudkan apa saja yang kita inginkan. Sabar di sini termasuk di dalamnya menghindarkan diri dari perbuatan maksiat yang dapat menjerumuskan. Karena kita sudah mengetahui bahwa perbuatan maksiat itu perbuatan yang termasuk pembangkangan yaitu suatu perbuatan jahat yang menurut hawa nafsu syaithaniyah juga suatu perbuatan yang bisa menjerumuskan diri sendiri maupun orang lain sehingga mengakibatkan orang lain yang dirugikan.
2.        Sabar dalam Melakukan Ibadah Sabar dalam melaksanakan agama Allah, baik dalam menjalankan perintah-Nya, maupun menjauhi larangan-Nya. Sabar digini merupakan sikap menahan diri dari berbagai kesulitan dan rasa berat dalam menjalankan ibadah.
Dalam ibadah tidak hanya dituntut memenuhi syarat dan rukunnya secara lengkap, tapi harus dilakukan secara khusuk dan penyerahan diri secara total.
3.        Sabar Menahan Marah Sabar menahan amarah artinya tidak mudah emosi, berarti mampu dan sanggup mengendalikan emosi. Sabar menahan marah harus dilatih. Orang yang mampu menahan amarah adalah termasuk ciri-ciri orang yang bertaqwa. Dan termasuk golongan orang yang kuat.  Contoh Konkret Sabar adalah Seorang Petani yang menunggu panen padi. Sebelum ia dapat memanen padinya, dengan tekun ia menjaga dan memelihara tanamannya. Sebelum padi menguning, ia senantiasa dengan teratur mengairi, memberi pupuk, dan menyiangi tanamannya. Dia juga selalu menghadapi gangguan-gangguan yang menimpa padinya seperti diserang hama, Semua itu ia hadapi dengan tabah dan rela, walaupun pada akhirnya panennya mengalami kegagalan.

Hikmah Sabar :
o    Manusia akan memperoleh kesuksesan dalam meraih cita-cita.
o    Dapat mendorong manusia untuk menunaikan kewajiban beribadah kepada Allah SWT.
o    Dapat mengendalikan diri untuk tidak berbuat maksiat kepada Allah SWT
o    Manusia akan selalu teguh menerima cobaan yang manimpanya

1)        Istiqomah
Dalam bahasa Indonesia padanan kata istiqomah adalah kata “taat asas”, yakni selalu taat dan setia kepada asas suatu keyakinan oleh sebab itulah orang yang istiqomah dikatakan juga sebagai orang yang taat asas.

2)        Tasammuh
Dalam bahasa Indonesia, kata tasammuh dapat diartikan dengan tenggang rasa, lapang dada atau toleransi. Oleh karena itu orang yang bersifat tasammuh berarti memiliki kelapangan dada, menghormati orang yang berpendapat atau berpendirian lain, tidak mau mengganggu kebebasan berfikir dan orang berkeyakinan lain.

3)   Ikhtiar (Kerja Keras)
Untuk mempertahankan hidup dan kehidupan, manusia dituntut untuk berjuang baik secara perorangan (individu) maupun secara kelompok (kolektif). Tuntutan tersebut berdasarkan fitrah (naluri) kemanusiaan yang tumbuh karena adanya hidayah dari Allah sesuai asas penciptaan-Nya.


4)   Berdoa
                      Yaitu memohon kepada Allah, agar segala yang telah kita lakukan ada dalam ridha Allah SWT dan diqobulkan oleh Allah SWT.

B.      Hubungan Antara Islam, Iman dan Ihsan
Adapun kaitan antara ketiga hal tersebut yaitu Iman berkaitan dengan aqidah, Islam berkaitan dengan syariah, dan Ihsan berkaitan dengan khuluqiyah. Dari ketiga hal diatas maka dalam perkembangan ilmu keislaman, ilmu terkelompok menjadi aqidah, fikih, dan akhlaq. Sebuah hadist yang terkenal, ketiga istilah itu memberikan umat ide tentang rukun iman, rukun islam dan penghayatan terhadap Tuhan yang maha hadir dalam hidup. Setiap pemeluk islam mengetahui dengan pasti bahwa islam tidak absah tanpa iman, dan iman tidak sempurna tanpa ihsan. Dri pengertian tersebut memiliki arti masing-masing istilah terkait satu dengan yang lain. Bahkan tumpang tindih sehingga satu dari ketiga istilah tersebut mengandung makna dua istilah yang lainnya. Dari pengertian inilah kita mengerti bahwa islam, iman dan ihsan adalah trilogy ajaran Ilahi.
A.      Berakhlak karimah terhadap diri sendiri dan orang lain
1.    Akhlak terhadap diri sendiri
Akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya baik itu jasmani sifatnya atau ruhani. Kita harus adil dalam memperlakukan diri kita, dan jangan pernah memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik atau bahkan membahayakan jiwa. Sesuatu yang membahayakan jiwa bisa bersifat fisik atau psikis. Misalnya kita melakukan hal-hal yang bisa membuat tubuh kita menderita. Seperti; terlalu banyak bergadang, sehingga daya tahan tubuh berkurang, merokok, yang dapat menyebabkan paru-paru kita rusak, mengkonsumsi obat terlarang dan minuman keras yang dapat membahyakan jantung dan otak kita. Untuk itu kita harus bisa bersikap atau beraklak baik terhadap tubuh kita.
Untuk menghindari hal tersebut di atas maka kita dituntut untuk mengenali berbagai macam penyakit hati yang dapat merubah hati kita, yang tadinya merupakan tempat kebaikan dan keimanan menjadi tempat keburukan dan kekufuran. Seperti yang telah dikatakan bahwa diantara penyakit hati adalah iri dengki dan munafik. Maka kita harus mengenali penyakit hati tersebut.diantara penyakit hati tersebut, yaitu :
a.         Dengki. Orang pendeki adalah orang yang paling rugi. Ia tidak mendapatkan apapun dari sifat buruknya itu. Bahkan pahala kebaikan yang dimilikinya akan terhapus. Islam tidak membenarkan kedengkian. Rasulullah bersabda: "Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. Bersabda, "hati-hatilah pada kedengkian kaerena kedengkian menghapuskan kebajikan, seperti api yang melahap minyak." (H.R. Abu Dawud)
b.        Munafiq. Orang munafiq adalah orang yang berpura-pura atau ingkar. Apa yang mereka ucapkan tidak sama dengan apa yang ada di hati dan tindakannya. Adapun tanda-tanda orang munafiq ada tiga. Hal ini dijelaskan dalam hadits, yaitu:
“ Dari Abu hurairoh r.a. Rasulullah berkata: " tanda-tanda orang munafiq ada tiga, jika ia berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanat ia berkhianat." (H.R. Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan an-Nisa'i)
1.      Akhlak terhadap Sesama/ orang lain
Setelah mencermati kondisi realitas social tentunya tidak terlepas berbicara masalah kehidupan.Masalah dan tujuan hidup adalah mempertahankan hidup untuk kehidupan selanjutnya dan jalan mempertahankan hidup hanya dengan mengatasi masalah hidup.Kehidupan sendiri tidak pernah membatasi hak ataupun kemerdekaan seseorang untuk bebas berekspresi,berkarya.Kehidupan adalah saling berketergantungan antara sesama makhluk dan dalam kehidupan pula kita tidak terlepas dari aturan-aturan hidup baik bersumber dari norma kesepakatan ataupun norma-norma agama,karena dengan norma hidup kita akan jauh lebih mewmahami apa itu akhlak dalam hal ini adalah akhlak antara sesama manusia dan makhluk lainnya.
Dalam akhlak terhadap sesama dibedakan menjadi dua macam      :
1)      Akhlak kepada sesama muslim.
Sebagai umat pengikut Rasullulah tentunya jejak langkah beliau merupakan guru besar umat Islam yang harus diketahui dan patut ditiru,karena kata rasululah yang di nukilkan dalam sebuah hadist yang artinya “sesungguhnya aku di utus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.Yang dimaksud akhlak yang mulia adalah akhlak yang terbentuk dari hati manusia yang mempunyai nilai ibadah setelah menerima rangsangan dari keadaan social.Karena kondisi realitas social yang membentuk hadirnya karakter seseorang untuk menggapai sebuah keadaan.Contohnya:ketika kita ingin di hargai oleh orang lain,maka kewajiban kita juga harus menghargai orang lain,menghormati orang yang lebih tua,menyayangi yang lebih muda,menyantuni yang fakir karena hal itu merupakan cirri-ciri akhlak yang baik dan terpuji.Contoh lain yang merupakan akhlak terpuji antar sesame muslim adalah menjaga lisan dalam perkataan agar tidak membuat orang lain disekitar kita tersinggung bahkan lebih menyakitkan lagi ketika kita berbicara hanya dengan melalui bisikan halus ditalinga teman dihadapan teman-teman yang lain,karena itu merupakan etika yang tidak sopan bahkan diharamkan dalam islam.
2)   Akhlak kepada sesama  non muslim
Akhlak antara sesama non muslim,inipun diajarkan dalam agama karena siapapun mereka,mereka adalah makhluk Tuhan yang punya prinsip hidup dengan nilai-nilai kemanusiaan.Namun sayangnya terkadang kita salah menafsirkan bahkan memvonis siapa serta keberadaan mereka ini adalah kesalahan yang harus dirubah mumpung ada waktu untuk perubahan diri.Karena hal ini tidak terlepas dari etika social sebagai makhluk yang hidup social.Berbicara masalah keyakinan adalah persoalan nurani yang mempunyai asasi kemerdekaan yang tidak bias dicampur adukkan hak asasi kita dengan hak merdeka orang lain,apalagi masalah keyakinan yang terpenting adalah kita lebih jauh memaknai kehidupan social karena dalam kehidupan ada namanya etika social.Berbicara masalah etika social adalah tidak terlepas dari karakter kita dalam pergaulan hidup,berkarya hidup dan lain-lain.Contohnya bagaimana kita menghargai apa yang menjadi keyakinan mereka,ketika upacara keagamaan sedang berlangsung ,mereka hidup dalam minoritas sekalipun.Memberi bantuan bila mereka terkena musibah atau lagi membutuhkan karena hal ini akhlak yang baik dalam kehidupan non  muslim.
BAB III
PENUTUP

A.      KESIMPULAN
Akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian. Jika hal tersebut melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji menurut pertimbangan akan dan syar’i maka disebut akhlak yang baik. Sedangkan sebaliknya jika yang timbul adalah kemungkaran maka disebut akhlak yang buruk.
Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata Al-Khulq yang artinya :
1.        Tabiat atau budi pekerti
2.        Kebiasaan atau adat
3.        Keperwiraan
Macam-macam akhlak yaitu :
a.       Tawadhu (rendah hati)
b.      Taat (sifat atau tingkah laku yang mampu untuk menjalankan semua perintah terutama perintah yang didasarkan ataa perintah Allah SWT serta Rasulullah SAW serta menjaga harga diri, nama baik, serta kredibilitas bagi pelakunya).
c.       Qana’ah (rela menerima apa adanya atas hasil usahanya sendiri)
d.      Sabar (menahan diri dalam menanggung suatu menderitaan atau cobaan, baik dalam menemukan sesuatu yang tidak diingini atau dalam bentuk kehilangan suatu yang tidak diingini atau dalam bentuk kehilangan sesuatu yang disenangi.
Setiap pemeluk islam mengetahui dengan pasti bahwa islam tidak absah tanpa iman, dan iman tidak sempurna tanpa ihsan. Dri pengertian tersebut memiliki arti masing-masing istilah terkait satu dengan yang lain.

B.       SARAN

Dari uraian di atas maka alangkah mulianya kita sebagai umat islam untuk menerapkan akhlak-akhlak yang mulia dan meninggalkan perbuatan yang tercela yang bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.




DAFTAR PUSTAKA

Syamsuri 2006. Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Erlangga. Aziz, Saefudin dkk. 2007. Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Sekawan.
Share this article :

0 comments:

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Pet014 - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger