AKHLAQUL KARIMAH
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Akhlak merupakan suatu keadaan yang melekat dalam
jiwa, maka suatu perbuatan baru dapat disebut akhlak kalau terpenuhi beberapa
syarat, antara lain :
1.
Perbuatan tersebut dilakukan secara continu atau berkesinambungan.Kalau perbuatan dilakukan hanya sekali saja maka
tidak disebut sebagai akhlak. Contoh, pada orang yang jarang berinfaq,
tiba-tiba memberikan uang kepada orang lain dengan alasan tertentu. Dengan
tindakan tersebut tidak dapat disebut murah hati atau berakhlak dermawan,
karena hal tersebut tidak melekat dalam jiwanya.
2.
Perbuatan tersebut timbul secara tiba-tiba, bukan
sebab difikirkan atau direncanakan dahulu. Jika perbuatan itu timbul karena
terpaksa atau detelah difikirkan secara matang, maka tidak dapat disebut
akhlak.
B.
Tujuan
Diharapkan manusia bisa membiasakan perilaku terpuji, supaya dapat
mengendalikan diri untuk tidak berbuat maksiat kepada Allah SWT, serta dapat
mendorong manusia untuk menunaikan kewajiban
beribadah kepada Allah SWT.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sikap Dan
Tingkah Laku Akhlaqul Karimah
Akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang dari
padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa melalui proses pemikiran,
pertimbangan atau penelitian. Jika hal tersebut melahirkan perbuatan yang baik
dan terpuji menurut pertimbangan Akal dan Syar’i, maka disebut akhlak yang
baik. Sedangkan sebaliknya jika yang timbul adalah kemungkaran maka disebut
akhlak yang buruk. Jadi akhlakul karimah dapat diartikan sebagai akhlak yang
baik yang daripadanya terdapat unsur dan sifat-sifat kebaikan.
Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata Al-Khulq yang artinya :
1.
Tabi’at atau budi pekerti
2.
Kebiasaan atau adat
3.
Keperwiraan.
Akhlak merupakan suatu keadaan yang melekat dalam jiwa, maka suatu
perbuatan baru dapat disebut akhlak kalau terpenuhi beberapa syarat, antara
lain:
1.
Perbuatan tersebut dilakukan secara kontinyu atau
berkesinambungan. Kalau
perbuatan hanya dilakukan sekali saja maka tidak dapat disebut dengan akhlak.
Contoh, pada suatu saat orang yang jarang berinfak tiba-tiba memberikan uang
kepada orang lain dengan alasan tertentu. Dengan tindakan tersebut tidak dapat
disebut murah hati atau berakhlak dermawan, karena hal tersebut tidak melekat
dalam jiwanya.
2.
Perbuatan tersebut timbul secara tiba-tiba, bukan
sebab dipikirkan atau direncanakan terlebih dahulu. Jika perbuatan itu timbul
karena terpaksa atau setelah dipikirkan secara
matang, maka tidak dapat disebut akhlak. Akhlak Nabi
Muhammad SAW dapat disebut dengan akhlak Islam. Karena akhlak tersebut
bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Qur’an datangnya dari Allah SWT, maka akhlak
Islam mempunyai ciri-ciri tertentu yang berbeda dengan perbuatan yang diatur
manusia.
Ciri-ciri
tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Kebaikan bersifat mutlak, yaitu kebaikan yang
terkandung dalam akhlak Islam adalah murni baik
2.
untuk individu maupun masyarakat.
3.
Kebaikannya bersifat menyeluruh, yaitu kebaikan yang
selalu berlaku secara universal.
4.
Tetap, artinya kebaikannya tidak mengalami perubahan.
5.
Kewajiban yang harus dipenuhi, yaitu kebaikan yang
terkandung dalam akhlak Islam merupakan
6.
hukum yang harus dilaksanakan sehingga ada sangsi
hukum tertentu bagi yang tidak
7.
melaksanakan.
4.
Pengawasan yang menyeluruh, karena akhlak dari Allah
maka pengaruhnya lebih kuat dari akhlak
8.
buatan manusia.
Macam-macam sikap akhlaqul
karimah,yaitu :
1)
TAWADHU
Tawadhu
berarti rendah hati. Kata tawadhu lawan kata takabur. Sikap tawadhu disukai
dalam pergaulan sehingga menimbulkan rasa simpatik dan senang. Sikap takabur tidak
disukai dalam pergaulan. Orang yang rendah hati tidak akan menurunkan
martabatnya, justru mengangkat derajat orang tersebut. Orang yang sombong
menginginkan agar dirinya tampak lebih tinggi dan dihormati orang lain. Namun
justru sebaliknya, sikap sombong menghidangkan rasa simpati dan dijauhi dalam
pergaulan.
2)
TAAT
Taat adalah
sifat atau laku yang mampu untuk menjalankan semua perintah terutama perintah
yang didasarkan atas perintah Allah SWT serta Rasulullah SAW serta menjaga
harga diri, nama baik, serta kredibilitas bagi pelakunya. Baik di hadapan Allah
maupun sesama manusia. Orang memiliki sifat taat tidak akan dipandang nista di
hadapan Allah dan juga dalam pergaulan di masyarakat.
3)
QANA’AH
Qana'ah
adalah rela menerima apa adanya. Rela menerima apa adanya dalam hal ini, adalah
menerima atas hasil usaha. Jika seseorang sudah berusaha dengan sebaik-baiknya,
namun hasilnya belum sesuai dengan apa yang diharapkan, maka dengan rela hati
ia menerima hasil tersebut dengan syukur dan
lapang dada atau bersabar dan bermanfaat.
4)
SABAR
a.
pengertian
sabar
Sabar artinya tahan terhadap setiap penderitaan atau sesuatu yang tidak
disenang dengansikap ridha dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT Ada
juga yang mengartikan sabar adalah keteguhan hati dalam menghadapi berbagai
kesulitan dan bahaya.. Kata sabar memang kedengarannya sangat sederhana, akan
tetapi pada prakteknya tidak semua orang mampu melakukannya, dan sudah tidak
menjadi rahasia lagi di lingkungan kita banyak orang sering kehilangan
kesabaran.
b.
Macam-macam Sabar
Secara garis besar Sabar itu dikelompokan menjadi dua yaitu :
-
Jasmani, seperti menderita kesukaran dalam beramal dan
beribadah.
-
Rohani, ialah sabar menahan hawa nafsu dan keinginan
tabi'at manusiawi dan ajakan hawa nafsu. Misalnya :
§ Sabar
menahan syahwat (nafsu) perut dan kemaluan namanya "iffah" (perwira)
§ Tahan
menerima musibah dan penderitaan, nama istilahnya adalah "sabar"
(tabah).
§ Sabar
menahan diri dari hidup berlebih-lebihan, namanya “Zuhud" (sederhana).
§ Sabar
menahan diri ketika mendapat kekayaan yaitu Dhabtum nafsi.
§ Sabar
menerima bagian atau pemberian yang sedikit, dikenal denyan istilah
"Qona'ah" (rela dengan yang telah ada).
§ Sabar dalam
menghadapi peperangan yaitu : "syaja'ah" (berani).
§ Sabar dalam menahan amarah, disebut : "hilmi"
(lapang dada).
Sabar pada Kenyataannya dapat Dikelompokan Menjadi tiga macam, yaitu :
1.
Sabar atau menahan diri dari segala perbuatan jahat
(maksiat) Sabar merupakan dandasan yang kokoh
untuk mewujudkan apa saja yang kita inginkan. Sabar di sini termasuk di
dalamnya menghindarkan diri dari perbuatan maksiat yang dapat menjerumuskan.
Karena kita sudah mengetahui bahwa perbuatan maksiat itu perbuatan yang
termasuk pembangkangan yaitu suatu perbuatan jahat yang menurut hawa nafsu
syaithaniyah juga suatu perbuatan yang bisa menjerumuskan diri sendiri maupun
orang lain sehingga mengakibatkan orang lain yang dirugikan.
2.
Sabar dalam Melakukan Ibadah Sabar dalam
melaksanakan agama Allah, baik dalam menjalankan perintah-Nya, maupun menjauhi
larangan-Nya. Sabar digini merupakan sikap menahan diri dari berbagai kesulitan
dan rasa berat dalam menjalankan ibadah.
Dalam ibadah tidak hanya dituntut memenuhi syarat dan rukunnya secara lengkap, tapi harus dilakukan secara khusuk dan penyerahan diri secara total.
Dalam ibadah tidak hanya dituntut memenuhi syarat dan rukunnya secara lengkap, tapi harus dilakukan secara khusuk dan penyerahan diri secara total.
3.
Sabar Menahan Marah Sabar
menahan amarah artinya tidak mudah emosi, berarti mampu dan sanggup
mengendalikan emosi. Sabar menahan marah harus dilatih. Orang yang mampu
menahan amarah adalah termasuk ciri-ciri orang yang bertaqwa. Dan termasuk
golongan orang yang kuat. Contoh Konkret Sabar adalah Seorang
Petani yang menunggu panen padi. Sebelum ia dapat memanen padinya, dengan tekun
ia menjaga dan memelihara tanamannya. Sebelum padi menguning, ia senantiasa
dengan teratur mengairi, memberi pupuk, dan menyiangi tanamannya. Dia juga
selalu menghadapi gangguan-gangguan yang menimpa padinya seperti diserang hama, Semua itu
ia hadapi dengan tabah dan rela, walaupun pada akhirnya panennya mengalami
kegagalan.
Hikmah Sabar :
o Manusia akan
memperoleh kesuksesan dalam meraih cita-cita.
o Dapat
mendorong manusia untuk menunaikan kewajiban beribadah kepada Allah SWT.
o Dapat
mengendalikan diri untuk tidak berbuat maksiat kepada Allah SWT
o Manusia akan
selalu teguh menerima cobaan yang manimpanya
1)
Istiqomah
Dalam bahasa Indonesia padanan kata istiqomah adalah kata “taat asas”,
yakni selalu taat dan setia kepada asas suatu keyakinan oleh sebab itulah orang
yang istiqomah dikatakan juga sebagai orang yang taat asas.
2)
Tasammuh
Dalam bahasa Indonesia, kata tasammuh dapat diartikan dengan tenggang rasa,
lapang dada atau toleransi. Oleh karena itu orang yang bersifat tasammuh
berarti memiliki kelapangan dada, menghormati orang yang berpendapat atau
berpendirian lain, tidak mau mengganggu kebebasan berfikir dan orang berkeyakinan
lain.
3)
Ikhtiar (Kerja Keras)
Untuk mempertahankan hidup dan kehidupan, manusia dituntut untuk berjuang
baik secara perorangan (individu) maupun secara kelompok (kolektif). Tuntutan
tersebut berdasarkan fitrah (naluri) kemanusiaan yang tumbuh karena adanya
hidayah dari Allah sesuai asas penciptaan-Nya.
4)
Berdoa
Yaitu
memohon kepada Allah, agar segala yang telah kita lakukan ada dalam ridha Allah
SWT dan
diqobulkan oleh Allah SWT.
B.
Hubungan Antara Islam, Iman
dan Ihsan
Adapun kaitan antara ketiga hal tersebut yaitu Iman berkaitan dengan
aqidah, Islam berkaitan dengan syariah, dan Ihsan berkaitan dengan khuluqiyah.
Dari ketiga hal diatas maka dalam perkembangan ilmu keislaman, ilmu terkelompok
menjadi aqidah, fikih, dan akhlaq. Sebuah hadist yang terkenal, ketiga istilah
itu memberikan umat ide tentang rukun iman, rukun islam dan penghayatan
terhadap Tuhan yang maha hadir dalam hidup. Setiap pemeluk islam mengetahui
dengan pasti bahwa islam tidak absah tanpa iman, dan iman tidak sempurna tanpa
ihsan. Dri pengertian tersebut memiliki arti masing-masing istilah terkait satu
dengan yang lain. Bahkan tumpang tindih sehingga satu dari ketiga istilah
tersebut mengandung makna dua istilah yang lainnya. Dari pengertian inilah kita
mengerti bahwa islam, iman dan ihsan adalah trilogy ajaran Ilahi.
A. Berakhlak karimah terhadap diri sendiri dan orang lain
1.
Akhlak terhadap diri sendiri
Akhlak
terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya baik itu
jasmani sifatnya atau ruhani. Kita harus adil dalam memperlakukan diri kita,
dan jangan pernah memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik
atau bahkan membahayakan jiwa. Sesuatu yang
membahayakan jiwa bisa bersifat fisik atau psikis. Misalnya kita melakukan
hal-hal yang bisa membuat tubuh kita menderita. Seperti; terlalu banyak
bergadang, sehingga daya tahan tubuh berkurang, merokok, yang dapat menyebabkan
paru-paru kita rusak, mengkonsumsi obat terlarang dan minuman keras yang dapat
membahyakan jantung dan otak kita. Untuk itu kita harus bisa bersikap atau
beraklak baik terhadap tubuh kita.
Untuk menghindari hal tersebut di atas maka kita dituntut untuk mengenali
berbagai macam penyakit hati yang dapat merubah hati kita, yang tadinya
merupakan tempat kebaikan dan keimanan menjadi tempat keburukan dan kekufuran. Seperti yang
telah dikatakan bahwa diantara penyakit hati adalah iri dengki dan munafik.
Maka kita harus mengenali penyakit hati tersebut.diantara penyakit hati tersebut, yaitu :
a.
Dengki. Orang
pendeki adalah orang yang paling rugi. Ia tidak mendapatkan apapun dari sifat
buruknya itu. Bahkan pahala kebaikan yang dimilikinya akan terhapus. Islam
tidak membenarkan kedengkian. Rasulullah bersabda: "Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah
Saw. Bersabda, "hati-hatilah pada kedengkian kaerena kedengkian
menghapuskan kebajikan, seperti api yang melahap minyak." (H.R. Abu Dawud)”
b.
Munafiq. Orang
munafiq adalah orang yang berpura-pura atau ingkar. Apa yang mereka ucapkan
tidak sama dengan apa yang ada di hati dan tindakannya. Adapun tanda-tanda
orang munafiq ada tiga. Hal ini dijelaskan dalam hadits, yaitu:
“
Dari Abu hurairoh r.a. Rasulullah berkata: " tanda-tanda orang munafiq ada
tiga, jika ia berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika
diberi amanat ia berkhianat." (H.R. Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan
an-Nisa'i) ”
1.
Akhlak terhadap Sesama/ orang lain
Setelah mencermati kondisi realitas social tentunya tidak terlepas
berbicara masalah kehidupan.Masalah dan tujuan hidup adalah mempertahankan
hidup untuk kehidupan selanjutnya dan jalan mempertahankan hidup hanya dengan
mengatasi masalah hidup.Kehidupan sendiri tidak pernah membatasi hak ataupun
kemerdekaan seseorang untuk bebas berekspresi,berkarya.Kehidupan adalah saling berketergantungan
antara sesama makhluk dan dalam kehidupan pula kita tidak terlepas dari
aturan-aturan hidup baik bersumber dari norma kesepakatan ataupun norma-norma
agama,karena dengan norma hidup kita akan jauh lebih mewmahami apa itu akhlak
dalam hal ini adalah akhlak antara sesama manusia dan makhluk lainnya.
Dalam akhlak terhadap sesama dibedakan menjadi dua
macam :
1)
Akhlak kepada
sesama muslim.
Sebagai umat pengikut Rasullulah tentunya jejak langkah beliau merupakan
guru besar umat Islam yang harus diketahui dan patut ditiru,karena kata
rasululah yang di nukilkan dalam sebuah hadist yang artinya “sesungguhnya aku
di utus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.Yang dimaksud akhlak yang mulia
adalah akhlak yang terbentuk dari hati manusia yang mempunyai nilai ibadah
setelah menerima rangsangan dari keadaan social.Karena kondisi realitas social
yang membentuk hadirnya karakter seseorang untuk menggapai sebuah
keadaan.Contohnya:ketika kita ingin di hargai oleh orang lain,maka kewajiban
kita juga harus menghargai orang lain,menghormati orang yang lebih
tua,menyayangi yang lebih muda,menyantuni yang fakir karena hal itu merupakan
cirri-ciri akhlak yang baik dan terpuji.Contoh lain yang merupakan akhlak
terpuji antar sesame muslim adalah menjaga lisan dalam perkataan agar tidak
membuat orang lain disekitar kita tersinggung bahkan lebih menyakitkan lagi
ketika kita berbicara hanya dengan melalui bisikan halus ditalinga teman
dihadapan teman-teman yang lain,karena itu merupakan etika yang tidak sopan
bahkan diharamkan dalam islam.
2)
Akhlak kepada sesama non muslim
Akhlak antara sesama non muslim,inipun diajarkan
dalam agama karena siapapun mereka,mereka adalah makhluk Tuhan yang punya
prinsip hidup dengan nilai-nilai kemanusiaan.Namun sayangnya terkadang kita
salah menafsirkan bahkan memvonis siapa serta keberadaan mereka ini adalah
kesalahan yang harus dirubah mumpung ada waktu untuk perubahan diri.Karena hal
ini tidak terlepas dari etika social sebagai makhluk yang hidup
social.Berbicara masalah keyakinan adalah persoalan nurani yang mempunyai asasi
kemerdekaan yang tidak bias dicampur adukkan hak asasi kita dengan hak merdeka
orang lain,apalagi masalah keyakinan yang terpenting adalah kita lebih jauh
memaknai kehidupan social karena dalam kehidupan ada namanya etika
social.Berbicara masalah etika social adalah tidak terlepas dari karakter kita
dalam pergaulan hidup,berkarya hidup dan lain-lain.Contohnya bagaimana kita
menghargai apa yang menjadi keyakinan mereka,ketika upacara keagamaan sedang
berlangsung ,mereka hidup dalam minoritas sekalipun.Memberi bantuan bila mereka
terkena musibah atau lagi membutuhkan karena hal ini akhlak yang baik dalam
kehidupan non muslim.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang dari
padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa melalui proses pemikiran,
pertimbangan atau penelitian. Jika hal tersebut melahirkan perbuatan yang baik
dan terpuji menurut pertimbangan akan dan syar’i maka disebut akhlak yang baik.
Sedangkan sebaliknya jika yang timbul adalah kemungkaran maka disebut akhlak
yang buruk.
Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata Al-Khulq yang artinya :
1.
Tabiat atau budi pekerti
2.
Kebiasaan atau adat
3.
Keperwiraan
Macam-macam akhlak yaitu :
a.
Tawadhu (rendah hati)
b.
Taat (sifat atau tingkah laku yang mampu untuk
menjalankan semua perintah terutama perintah yang didasarkan ataa perintah
Allah SWT serta Rasulullah SAW serta menjaga harga diri, nama baik, serta
kredibilitas bagi pelakunya).
c.
Qana’ah (rela menerima apa adanya atas hasil usahanya sendiri)
d.
Sabar (menahan diri dalam menanggung suatu menderitaan
atau cobaan, baik dalam menemukan sesuatu yang tidak diingini atau dalam bentuk
kehilangan suatu yang tidak diingini atau dalam bentuk kehilangan sesuatu yang
disenangi.
Setiap pemeluk islam mengetahui dengan pasti bahwa islam tidak absah tanpa
iman, dan iman tidak sempurna tanpa ihsan. Dri pengertian tersebut memiliki
arti masing-masing istilah terkait satu dengan yang lain.
B.
SARAN
Dari uraian di atas maka alangkah mulianya kita sebagai umat islam untuk
menerapkan akhlak-akhlak yang mulia dan meninggalkan perbuatan yang tercela
yang bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Syamsuri 2006. Pendidikan Agama
Islam. Jakarta : Erlangga. Aziz, Saefudin dkk. 2007. Pendidikan Agama Islam.
Jakarta : Sekawan.
0 comments:
Post a Comment